Lollimato

Tales of Fairies

[FF MyungEun] The Killing Part 3B : Dark Past of L

19 Comments

TheKilling Myungeun

Rating : PG

Gendre : Romance, Angst

Main Cast : Infinite’s L and APink’s Naeun

Sumarry : Ketika L yang playboy masuk dalam organisasi detektif besar di Korea, dia bertemu dengan Son Naeun, gadis super dingin yang menjadi seniornya. Masalahnya, L berada dalam lingkaran masa lalu Naeun yg suram.

Part 1 : Welcome to Cullim Killing Unit

Part 2 : Be Nice Training Member, L

Part 3A : Dark Past of Naeun

Mohon maaf atas suuuuuuuupeeeeeeeer late updatenya hiks :””( abis kemaren pake acara lupa password hiks. Untuk part ini bakal ada banyak (gak banyak-banyak amat sebenernya) cameo heheheh. Dan makasih buat Citra unnie (@CitraTiwie) yang udah bikinin covernya ❤

ENJOY!

***

L menajamkan pandangannya di dalam ruangan cukup besar yang dipenuhi beberapa ‘rintangan’. Oh itu bukan kata konotasi karena ruangan tersebut memang diperuntukan bagi para training yang akan menghadapi ujian kelulusan. Beberapa peti kayu tertumpuk di sudut ruangan, tong-tong besi, jaring-jaring yang hanya berjarak 40 cm dari lantai, papan tembak, panah serta papan darts, hingga mesin touch-screen yang menampilkan permainan ‘mencari perbedaan diantara dua gambar’.

Hoya mengarahkan jari telunjuknya pada benda kecil di tangannya, stopwatch. “ Satu…dua…tiga”

Woohyun meniup peluitnya, tanda ujian dimulai. L tak membuang waktu lagi untuk berlari secepat yang ia bisa melewati rintangan pertama, menaklukan peti kayu. Ini tak semudah yang dibayangkan karena tumpukan peti kayu itu bisa mencapai ketinggian 4 meter dan harus dilakukan dengan cepat. L tak terlalu kesusahan sebenarnya, ia sudah terlatih melompati tembok-tembok tinggi untuk kabur dari sekolah dulu. Ternyata hal itu cukup berguna ya.

Duar! Duar!

L melompat cepat-cepat agar bisa bersembunyi dibalik tong-tong besi sementara Woohyun terus melayangkan tembakannya. Peluru-peluru itu menabrak tembok ruangan yang dirancang khusus. Tuan Nam sedang melancarkan serangan bertubi-tubi rupanya. Dibalik tong, L menarik nafasnya yang sudah putus-putus.

“ Mau sampai kapan kau sembunyi disana, hah?! Waktu terus berjalan bodoh!” teriak Hoya dengan mata tak lepas dari stopwatch.

“ Kau takut terkena tembakan? Kau sudah memakai rompi anti peluru jadi harusnya tak perlu khawatir” ujar Woohyun tenang, berbanding terbalik dengan tangannya yang masih sibuk menembak. L membuang nafas dan menggigit bibirnya kesal. Ini ujian atau usaha pembunuhan?.

Masih mempedulikan masa depannya, L memberanikan diri meninggalkan tong besi pertama lalu berpindah ke tong besi kedua, ketiga, dan seterusnya. Lelaki itu terus berlari hingga dihadapkan jaring-jaring super rendah yang membuatnya terkejut. Otaknya dihadapkan oleh dua pertanyaan, dia harus lewat bawah atau melompat diatasnya?.

“ Lewat bawah!” dikte Hoya. L menoleh dengan wajah tegang.

“ Mana bisa!” seru L frustasi. Disaat seperti ini ia justru harus tetap berlari kencang. Tak ada pilihan lain, ia meringankan tubuhnya kebelakang hingga terjatuh dan bertumpu pada tangannya agar tak terbentur. Beruntung tubuhnya meluncur mulus dibawah jaring-jaring tanpa ada yang tersangkut. Bunuh saja dia kalau hidung mancungnya malah tertahan di jaring-jaring itu.

Setelah adegan meluncur indah tersebut, L masih harus terus berlari. Cepat-cepat ia mengeluarkan pistol di pinggangnya untuk menembak papan-papan kayu yang muncul tiba-tiba dari lantai. Memang dirancang seperti itu. Lelaki itu harus menekan rasa terkejutnya untuk lebih berkonsentrasi menembak.

Bang! Bang! Bang!

Sepatu L dan lantai tempatnya berpijak membuat suara decitan keras tatkala ujian menembaknya selesai dan berganti dengan ujian memanah. Dengan sedikit linglung, L mengambil busur serta panahnya lalu diarahkan kepada papan darts. Ia menoleh kepada Hoya untuk meminta instruksi, namun yang ditatap sama sekali tak bisa diharapkan karena terus terpaku pada stopwatch.

Woohyun mengarahkan dagunya pada papan darts ketika L melihatnya, menyuruh peserta training itu untuk segera memanah. Rasa ragu yang merayapi L perlahan mulai ditepis, ia mencoba berkonsentrasi pada papan darts, terutama dibagian tengahnya. Ditariknya tali busur dan menutup sebelah matanya untuk membidik. Tali dilepas, anak panah meluncur menembus udara secepat kilat dan tertancap di papan darts. Tidak tepat ditengah karena agak melenceng sekitar 2 mm. L menggertakan giginya kesal. Tentu saja ia tidak puas dengan usaha ‘hampir berhasil’ tersebut. Hanya saja waktu tak mengijinkannya untuk berlama-lama menyesal. Ujian kecepatan otak masih menunggu.

L cepat-cepat bergerak menuju layar datar di sudut ruangan yang menampilkan 2 gambar yang hampir persis sama. Pemandangan gunung berselimut es. L memincingkan matanya agar bisa melihat lebih tajam. Bah, apa bedanya 2 gambar itu?.

“ Kau membuang 14 detik berharga jika hanya berdiri dengan wajah tolol itu” komentar Hoya. L menghela nafas pelan. Sakit hati juga dibilang ‘wajah tolol’ tapi ia juga tak mungkin marah kan?. Lelaki yang namanya hanya memiliki satu huruf itu mengerahkan kemampuan otaknya hingga tingkat maksimal agar bisa segera menyelesaikan ujian ini. Sebab jika ia bisa menjadi anggota CKU, ia akan membuat Sungjong tenang, Peniel tidak cemas, dan Naeun bangga. Terlebih membuatnya mendapat pengakuan dari sang ayah bahwa……ia bukan kutukan keluarga.

Jemari L menyentuh bagian-bagian gambar tersebut begitu merasa disanalah titik perbedaan dua gambar itu. Tak terasa, 20 detik berlalu dan ia sudah menyelesaikan 5 ujian gambar, 2 ujian puzzle, dan 1 ujian Sudoku. Tinggal 2 lagi ujian yang harus ia lakukan sebelum berlari menuju tombol finish dan memperoleh result apakah L bisa memperoleh kartu identitasnya hari ini atau tidak.

“ Kau berhasil!” ujar mesin ujian terakhirnya, membuat L tersenyum senang dan melesat menuju tombol finish. Sekali tekan, layarnya mulai memproses. Mereka perlu mengambil data dari stopwatch Hoya yang telah tersambung dengan benda tersebut untuk menilai ujian L. Lelaki tampan itu merasa jantungnya berdebar sangat kencang. Ini seperti penentuan hidup dan matinya.

“ Waktumu 3 menit 29 detik untuk ujian ini” ujar mesin itu. Tidak buruk tapi garis wajah L sama sekali tak terlihat puas. Ia menautkan jari-jarinya, berdoa untuk hasil yang akan keluar. “ Selamat kau menjadi anggota Cullim Killing Unit”

Kartu keluar dari mesin itu. L menganga sesaat.

“ YAHOOOOOOOOOO!”. Teriakan kebahagiaan L menggema seisi ruangan. Ia terus melompat-lompat dengan gerakan tangan meninju udara. Beberapa meter dari situ, Hoya dan Woohyun tersenyum padanya. L meraih kartunya dan mengelus benda itu dengan mata berkaca-kaca. Ia berbalik.

“ Aku lulus, hyung” ucapnya lirih. Woohyun dan Hoya menghampirinya lalu menepuk pundak serta mengacak-acak rambut lelaki itu.

“ Aigoo, jangan menangis disini, agen L. Itu mencoreng citra lembaga kita” gurau Woohyun. Hoya merangkul L dengan senyum merekah.

“ Jadi pukulan-pukulan dari kami berbuah manis ya” ujar Hoya bangga. “ Ayo kita pesta, kudengar Sungjong juga lulus ujian ini”

L menatap Hoya. “ Benarkah? Bocah itu?”

“ Iya, bocah itu. Pertama kupikir dia lemah gemulai tapi ternyata ia tangguh juga” kata Woohyun. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. “ Akan kuhubungi si tua Sunggyu dan mengajaknya pesta. Kita tak mungkin merayakannya tanpa uang darinya”

“ Bermanis-manislah padanya, Woohyun. Kalau tidak, kita bisa gagal pesta” nasihat Hoya. Woohyun mengangguk saja. Wajahnya mendadak cerah saat Sunggyu mengangkat telponnya.

“ Halo? Hey Kim Sung…..ah maksudku hyungnim…..” .

Dari seberang, pemimpin CKU itu langsung memotong kata-kata Woohyun.

Mau apa kau? Aku merasakan hawa-hawa buruk jika kau memanggilku hyung, apalagi dengan embel-embel ‘nim’ dibelakangnya

Woohyun terkekeh pelan. “ Aku ‘kan memang sopan”

Terserahlah. Mau apa kau?

“ Berhubung L dan Sungjong sudah lulus ujian dan menjadi anggota resmi kita, bagaimana kalau kita rayakan bersama? Tak usah di tempat mahal. Di kedai kecil pinggiran jalan juga boleh”

Dan memakai uangku?!

Woohyun memutar bola matanya saat Sunggyu mulai terdengar sakrastik. Namun ia tetap pada nada termanisnya.

“ Bukankah order sedang banyak? Bersenang-senang sedikit kan tidak apa-apa, lagipula hanya hari ini. Bagaimana hyungnim?” bujuk Woohyun. Nadanya sangat manis sampai-sampai Hoya dan L merasa mual. Sunggyu yang mendengarnya mungkin sudah merasa akan muntah.

Dasar bocah sialan. Kita bertemu di tempat biasa. Dan kau, Nam Woohyun, jangan pernah memesan arak atau aku akan membunuhmu. Kau tahu betapa mahalnya minuman itu kan?!” seru Sunggyu.

“ Iya aku mengerti. Dasar orang tua. Sudah ya, da~”

Buru-buru ia menekan ‘akhiri panggilan’ sebelum Sunggyu melengking marah-marah. Woohyun menoleh pada Hoya dan L, tersenyum lebar.

“ Kita foya-foya malam ini. Buat si tua itu bangkrut!”

 

***

 

Seorang gadis bertubuh mungil berjalan lebih cepat dari lelaki dibelakangnya. Merasa rekannya bekerja lamban, gadis itu menoleh. Ia menghembuskan nafas saat menyaksikan sang rekan yang terus-terusan mengelus kartu di tangannya.

“ Kau mau mengelus kartu identitasmu sampai terkikis, Lee Sungjong?” tanya gadis berambut coklat terang. Sungjong hanya meringis pelan dan menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya dengan canggung.

“ Maaf, aku terlalu bahagia, Bomi-ssi” jawab Sungjong malu-malu. Bomi terkekeh pelan dan berjalan menghampiri Sungjong. Kedua tangan Bomi menepuk-nepuk pundak Sungjong ketika keduanya berdiri berhadapan.

“ Bomi-ssi bukan panggilan yang bagus untuk gadis yang pernah menghajarmu kan?” Bomi tersenyum manis. “ Panggil saja aku Bomi. Lagipula kita seumuran, dan lagi kita adalah partner”

Sungjong tertawa pelan mendengarnya. “ Tapi kau kuat sekali. Urat lengan kiriku masih tegang karena tendangan dasyatmu”. Lelaki itu memijit-mijit lengannya selama ia berbicara.

“ Hahahaha benarkah? Memang sesakit itu ya?”

“ Akh! Hey!” Bomi terkekeh lagi karena pekik kesakitan Sungjong waktu ia meninju pelan lengan lelaki itu. Kini tangan yang gadis itu gunakan untuk meninju dialihkan ke kepala Sungjong, mengacak-acak rambut lelaki itu.

“ Kau lucu sekali” ujar Bomi. Sungjong menunduk dan tersenyum. “ Ayo rapikan barang-barangmu. Aku akan membantu, lagipula sedang tidak ada yang bisa kukerjakan”

Dahi Sungjong mengkerut tanda kebingungan. “ Merapikan barang-barang? Tapi untuk apa?”

“ Kau anggota resmi sekarang, tentu kau memiliki tempat kerja sendiri. Tempat kau dan L sekarang adalah ruang agen khusus–“

“ Sabar sabar” Sungjong memotong cepat kata-kata Bomi. “ L hyung…..lulus?”

“ Eo” jawab Bomi sembari menganggukan kepalanya. “ Memangnya ia belum memberitahumu? Hoya oppa bilang akan ada pesta untuk kalian berdu…”

Belum sempat Bomi menyelesaikan kata-katanya, ia sudah dikejutkan dengan gerakan tiba-tiba dari Sungjong yang kini memeluk tubuhnya erat. Gadis bermarga Yoon itu bahkan dapat mendengar jelas hembusan nafas lega dari rekan kerja barunya itu. Namun Bomi hanya bisa diam. Ia tak tahu apa yang seharusnya ia lakukan sekarang, apalagi yang memeluknya adalah lelaki yang baru beberapa hari ia kenal.

“ Finally…..” gumam Sungjong dengan nada yang……terdengar seperti seseorang yang baru saja melepas berton-ton beban di pundaknya.

“ Selamat…..kalian berdua” ucap Bomi pelan. Saat itu juga Sungjong melepas dekapannya dan mengambil jarak kembali. Sepasang mata indah itu berkedip beberapa kali sebelum akhirnya memandang kekiri dan kekanan dengan canggung.

“ Itu tadi….aku tak bermaksud untuk….”

“ Sudahlah, kau ini seperti dengan siapa saja. Kita kan rekan” potong Bomi, meredam rasa malunya. Ia takut pipinya sekarang merah padam jika tak cepat-cepat dialihkan. Gadis mungil itu merangkul anggota baru CKU tersebut.

“ Ayo cepat kita mempersiapkan tempat kalian agar bisa dipakai besok. Anggap saja kau memberi hadiah kecil pada hyung-mu dengan menyiapkan tempat kerjanya” ajak Bomi dengan senyum merekah. Sungjong menyambutnya dengan anggukan penuh semangat.

“ Tunggu apalagi? Ayo pergi!” Sungjong yang terlalu bersemangat ini langsung menarik tangan Bomi menuju loker peserta trainee, membuat Bomi hampir terjungkal dibuatnya. Namun gadis itu menurut saja. Satu hal yang baru ia sadari setelah 21 tahun hidupnya, aku baru tahu kalau genggaman tangan seorang lelaki itu rasanya sehangat ini.

 

***

“ Sebenarnya hyungmu membawa apa saja kesini? Seisi rumahnya di Amerika?” tanya Bomi ketika melihat Sungjong yang tak kunjung selesai mengeluarkan barang dari kardus.

“ L hyung punya kebiasaan membawa segala barang yang dirasa miliknya walaupun itu tidak penting. Kapan-kapan datanglah ke Apartemen kami dan kau akan melihat bagaimana penuh sesaknya disana” jawab Sungjong sambil menghela nafas.

“ Pertanyaan ini terus mengusik pikiranku sejak pertama kali kalian datang. Sebenarnya apa hubungan kalian berdua?”

“ Kami sepupu” Sungjong mulai menata meja kerja L sambil sesekali melirik Bomi. “ Aku dipercaya oleh ayah L hyung untuk menjaganya selama ia di Korea”

“ Kenapa dia harus dijaga? Dia sudah dewasa, bahkan kau lebih muda darinya”

“ L hyung sedikit mengkhawatirkan” Sungjong menyunggingkan senyum miris. “ Dia banyak mengalami perubahan yang tak pernah kami duga. Ayahnya sampai stress dibuatnya dan segera membuat rencana untuk menjinakan L hyung. Aku adalah orang yang paling sabar sewaktu menghadapinya makanya akulah yang disuruh menjaganya”

Tanpa sadar, Bomi menatap Sungjong dengan mata tak berkedip sedikitpun. Sepertinya gadis itu tersentuh dengan nada tulus dan hangat yang digunakan rekan kerja barunya. “ Kau….pasti sangat menyayanginya ya”

“ L hyung adalah sosok kakak yang aku butuhkan. Sejak kecil, dialah yang selalu menjaga dan menemaniku karena orangtuaku jarang ada di rumah. Sekarang gantian aku yang menjaga dan menemaninya. Walau lebih seperti pembantu daripada adik, aku tak pernah merasa marah sedikitpun padanya”

Bomi mengangguk-angguk pelan lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Sungjong menatap Bomi sebentar lalu tersenyum.

“ Ternyata kau baik juga” ungkap Sungjong. Gerakan tangan Bomi terhenti sejenak.

“ Eh?”

“ Kupikir semua orang di CKU itu galak dan mengerikan. Namun kurasa kau baik. Cukup hangat ketika diajak mengobrol seperti ini” Sungjong tersenyum manis, membuat semburat merah muncul dipipi Bomi.

“ Kau hanya belum mengenal kami semua. Cullim Killing Unit adalah unit dengan anggota yang rasa kekeluargaannya paling tinggi. Hanya saja kami di didik untuk menjadi tegas”

“ Bomi-a, kau sudah punya pacar?” tanya Sungjong tiba-tiba. Bomi mengejap-ejapkan matanya terkejut. Tak pernah ada yang mempertanyakan status hubungan gadis bermarga Yoon ini secara langsung sebelumnya, bahkan teman-teman sekantornya pun tidak.

“ Belum” Bomi menjawab dengan agak ragu. “ Aku tak suka menjalin hubungan terlalu serius dengan seorang pria. Maksudku….aku…”

“ Jadi kau lebih suka berkencan secara random tanpa terikat sebuah hubungan, begitu?” Bomi berkedip-kedip sebentar selama otaknya mencerna situasi. Sialan, figure ‘senior elegan’ yang ia bangun selama ini runtuh karena kebingungan yang melandanya.

“ Kira-kira begit….ah tidak juga, aku…”

Belum-belum Sungjong sudah mengambil kesimpulan. “ Playgirl rupanya”. Bomi melotot, tersinggung dengan kata-kata yang baru saja dilontarkan pria bermarga Lee itu.

“ Playgirl? Dengar, aku tidak seperti yang kau pikirkan. Aku wanita karier yang bekerja di lembaga dengan pekerjaan sulit, tidak ada waktu untukku memikirkan pria apalagi masalah cinta. Tapi jika mereka mengajakku berkencan, aku tak bisa terus menolak kan? Aku….”

“ Tak perlu repot-repot menjelaskan padaku” potong Sungjong santai. “ Aku juga tak masalah walaupun kau seorang psikopat sekalipun. Image-mu tetap baik dimataku kok”

“ Memangnya aku peduli bagaimana image-ku dimatamu?!” Bomi mulai menggunakan nada tinggi siap kali berbicara.

Sungjong mengangkat bahunya. “ Entahlah. Kau bersikap demikian tadi”

“ Hanya perasaanmu saja!” ujar Bomi sengit dan kembali menata meja kerja Sungjong dengan sedikit emosi. Sekarang ini, mungkin Bomi sedang mengutuk Sungjong dengan segala mantra kutukan random yang ia tahu. Dalam hati tentunya.

“ Aku sudah selesai menata meja L hyung!” lapor Sungjong sambil berbalik menatap Bomi. Yang ditatap malah terlihat tak peduli.

“ Ya sudah. Pergi sana! Yang lain sudah menunggumu di Cheokbu” balas Bomi acuh. Merasa Sungjong sama sekali tak memberi respon, Bomi kembali menyambung kata-katanya. “ Cheokbu itu salah satu restaurant di Hongdae. Dari sini, naik bus nomor 2530 untuk sampai ke Hongdae. Tanya orang-orang disana jika kau bingung dimana Cheokbu”

Sungjong tak menyahut. Ia hanya bungkam dengan mata yang tak lepas dari Bomi meski gadis itu memunggunginya. Yoon Bomi adalah gadis kedua yang banyak berinteraksi dengannya selain sahabatnya di Amerika. Lelaki itu jarang berhubungan dengan wanita, berbicara atau bahkan melihat ibunya saja hampir tidak pernah. Orangtuanya terlalu sibuk dan lingkup pertemanannya sejak kecil hanya dengan sepupu-sepupunya yang semuanya lelaki. Mungkin karena itu juga ia tak bisa memperlakukan wanita dengan baik.

“ Mau apa lagi disini? Cepat sana pergi!” seru Bomi yang sadar diperhatikan oleh Sungjong. Lelaki itu memiringkan kepalanya.

“ Yakin tidak mau kutunggui hingga selesai?” tawarnya.

“ Tidak usah!” tolak nona Yoon sadis. Masih tersinggung sepertinya. Sungjong mengedikkan bahunya.

“ Baiklah kalau begitu. Terima kasih atas bantuannya, Bomi-a” Ia menepuk-nepuk pundak Bomi sebentar sebelum keluar dari ruangan itu. Sekeluarnya Sungjong, Bomi langsung meledak-ledak.

“ Apa-apaan dia? Sembarangan saja menilai orang! Dia pikir aku ini gadis macam apa?! Tch, anak baru saja sudah belagu seperti itu! Tahu begitu kemarin kuhajar dia sampai sekarat!. Tampang manisnya……kupikir sifatnya juga manis tapi ternyata… ugh!”

Saking kesalnya, Bomi menendang kardus milik L yang tergeletak di lantai dengan penuh napsu.

Buk!

Terdengar suara benda jatuh saat kardus (yang Bomi kira) kosong itu terguling. Bomi menutup mulutnya shock.

“ Aduh, masih ada barang disana?” Bomi panic, takut kalau ternyata itu barang pecah belah yang mudah hancur. Cepat-cepat ia mengecek benda apa yang masih tertinggal. Matanya menyipit saat menemukan sebuah buku berwarna hitam.

“ L……punya diary?”

 

***

“ Kita sudah sampai” kata Kai begitu mobilnya berhenti di depan pintu masuk gedung CKU. Naeun membuka matanya yang terus menutup sepanjang perjalanan dan menatap lelaki yang baru saja mengantarkannya ke makam Myungsoo. Tatapannya sendu dan senyuman yang diberikannya terlihat getir. Bibirnya bergetar.

“ Terima kasih, Jongin-a” ucap Naeun pelan sekali, hampir tak terdengar. Kai membalas senyumnya dengan senyuman seperti biasa. Hanya bedanya, jika selama ini ia tersenyum sembari menatap wajah Naeun, sekarang Kai lebih memilih untuk mengalihkan pandangan.

“ Bukan masalah” balas lelaki berkulit tanned itu. Jemarinya mengetuk-etuk stir yang dipegangnya sambil menunggu Naeun turun dari mobilnya. Namun Naeun tak kunjung turun. Sang  Dark-Angel malah kembali menyandar di jok mobil dengan mata yang tak lepas dari wajah Kai. Tak lama kemudian, Kai menoleh. “ Tidak mau turun? Kau mau aku mengantarmu pulang ke rumah?”

Nada bicara lelaki itu masih terdengar lembut dan penuh pengertian. Tanpa sadar, Naeun mengeluarkan air matanya. Tentu saja hal itu membuat Kai kelabakan. Kedua tangannya menangkup wajah Naeun, jelas sekali ia panic.

“ Hey…hey, kenapa kau menangis? Apa ada yang salah?” tanya Kai lalu menghapus air mata Naeun dengan ibu jarinya. Naeun menggeleng pelan, tangannya malah menggenggam kedua tangan Kai yang masih menangkup kedua pipinya.

“ Aku minta maaf” Nafas Naeun sedikit tercekat mengatakannya. “ Aku tidak pernah tahu. Aku minta maaf, Kai”

Pandangan Kai jatuh disambung dengan hembusan nafas yang terdengar putus asa. Ia menarik tangannya dari genggaman Naeun dan duduk bersandar. Ia berusaha melihat kedepan dan tak sedikitpun melirik gadis yang dicintainya.

“ Bukan salahmu. Aku…..mengerti” ujar Kai tenang. Tidak, ia tak akan pernah bisa mengerti alasan mengapa Naeun tak pernah bisa menyukainya setelah segala yang ia lakukan. Kedua tangannya meremas stir untuk menahan sesak yang menghujam dadanya. Kenapa sesakit ini?.

Ia meraih ponsel dari saku celananya dan menempelkannya di telinga.

“ Oh? Ibu? …………Baiklah, aku akan segera menjemputmu” Kai meletakan ponselnya di dashboard mobil. Kini ia menatap Naeun. “ Maaf, aku tak bisa mengantarmu pulang ke rumah. Ibuku minta diantar ke supermarket sekarang”

Naeun mengangguk. “ Tidak apa-apa. Hati-hati di jalan, sampaikan salamku pada nyonya Kim”

“ Akan kusampaikan”

“ Selamat malam, Kai” ucap Naeun sebelum turun dari mobil Terrios hitam milik Kai dan masuk ke gedung CKU.

Kai menarik nafas dalam-dalam. Tadi itu hanya akting belaka, ibunya sama sekali tak menelpon. Ia bersandiwara agar Naeun mau turun dari mobilnya. Kai merasa ada baiknya kalau sekarang ia membenahi perasaannya yang terlanjur hancur berkeping-keping karena penolakan tidak langsung dari gadis itu. Ia tersenyum sinis, mengejek dirinya sendiri.

“ Kau ditolak dan masih saja mau bertahan, bodoh sekali Kim Jongin” gumamnya. Ia menginjak pedal gas dan pergi dari situ.

 

***

Naeun menyusuri koridor lantai dasar gedung CKU dengan langkah gontai. Untunglah seluruh karyawan sudah pulang, jika tidak mungkin mereka akan bertanya-tanya mengapa Dark-Angel mereka tidak mengambil langkah cepat dan penuh perhitungan seperti biasanya. Naeun nampak begitu lemas bahkan untuk sekedar membuka pintu ruang ganti pakaian para agen. Ia pun memakai tubuhnya untuk membantu mendorong pintu.

Gadis itu terhuyung-huyung masuk ke ruang ganti dan langsung menjatuhkan dirinya pada kursi panjang yang diletakan diantara loker-loker. Naeun mengusap-usap wajahnya dengan kedua tangannya beberapa kali. Ini sepertinya adalah salah satu hari terberat dalam hidup Naeun. Banyak kejutan yang ia temui hari ini. Dan yang paling membekas dalam pikirannya adalah ketika Kai menyatakan perasaannya.

Persahabatan dan kebersamaan mereka selama 3 tahun sama sekali tak mengubah hati Naeun yang sudah beku untuk mencintai. Ia merasa bersalah pada Kai. Tidak seharusnya mereka berakhir seperti ini. Tapi ia lebih merutuki dirinya yang sama sekali tidak sadar. Naeun buta total. Karena jika Naeun sadar sejak awal, ia akan berusaha membuat jarak dengan Kai agar pria itu tidak terperosok terlalu jauh.

Yang lebih parahnya, setelah pertahanannya selama 3 tahun, seorang lelaki asing tiba-tiba menyeruak masuk dan meruntuhan segala perbentengan hati yang Naeun jaga semenjak kematian Myungsoo. Hatinya seolah kembali bernyawa; untuk mencintai, untuk berhasrat ingin memiliki. Naeun mengacak-acak rambutnya gusar.

“ L Kim brengsek” umpat Naeun. Baru saja Naeun akan menendangi loker-loker untuk meluapkan kekesalannya, tiba-tiba pintu ruang ganti terbuka.

“ Naeun?”

Naeun menatap gadis yang baru saja masuk dengan salah tingkah. “ Annyeong Bomi unnie” ucapnya. Bomi melihat Naeun dengan seksama.

“ Ada apa denganmu? Wajahmu kusut, rambutmu berantakan, tubuhmu juga tidak terlihat prima” tanya sang senior. Ia berjalan mendekati Naeun untuk menempelkan punggung tangannya di dahi Naeun.

“ Aku merasa kurang sehat saja” jawab Naeun sekenanya.

“ Cepat pulang dan istirahat agar kau tidak tumbang” nasihatnya. Naeun mengangguk-angguk mengerti.

“ Apa yang kau lakukan disini unnie? Kupikir semua orang sudah pulang” Naeun bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.

“ Tadi aku membantu Sungjong untuk menata mejanya dan L. Besok mereka akan memulai pekerjaan sebagai agen CKU”

“ Mereka lulus?” Naeun menghela nafas lega. “ Syukurlah….”

“ Oh ya Naeun” Bomi membuka tas Channel miliknya lalu mengaduk-aduk isinya seolah mencari sesuatu. “ Tadi aku menemukan ini. Bisakah kau memberikannya pada L?”

Bomi menyodorkan sebuah buku berwarna hitam kepada Naeun. Gadis bermarga Son itu mengerutkan dahinya bingung namun tetap mengambil buku tersebut.

“ Apa ini?” tanya Naeun sambil membuka buku tersebut. Matanya membuat membaca halaman pertama buku tersebut. “ L’s Diary?!”

“ Hebat ya, aku baru tahu orang sepertinya bisa punya diary” komentar Bomi lalu disambut anggukan Naeun. Sepemikiran rupanya. Bomi menutup tasnya kembali. “ Aku pulang duluan ya, Naeun? Sudah terlalu malam. Kau juga harus pulang”

“ Kalau begitu, ayo kita jalan bersama unnie” ajak Naeun sambil membenahi rambutnya yang berantakan. Kedua gadis itupun berjalan beriringan keluar dari gedung CKU.

Diiiin….Diiinnn

“ Bomi-a!”

Sebuah teriakan berhasil membuat Naeun dan Bomi menoleh. Seorang laki-laki mengendarai motor hitam besar kini tengah melambai-lambai pada mereka. Pemuda tersebut membuka helm-nya dan tersenyum lebar. “ Akan kuantar kau pulang” ucap pemuda itu.

Naeun melirik Bomi yang kini tersenyum pada sang pemuda. “ Adik Chorong unnie menjadi kekasih barumu?”

“ Bukan, dia teman kencan baruku” Bomi melambai pada lelaki itu. “ Chanyeol-a!”

“ Apa bedanya?”

“ Aku tak terikat hubungan dengannya. Aku pulang duluan ya, bye Naeunie” pamit Bomi lalu berlari-lari kecil menghampiri motor lelaki yang ia panggil Chanyeol barusan dan naik keatasnya. Chanyeol menyerahkan satu helmnya pada Bomi.

“ Kami duluan, Naeun” ucap Chanyeol ramah. Naeun mengangguk saja. Kemudian kedua insan itu pergi dari situ. Naeun mengedikkan bahunya lalu mengadahkan kepala kelangit.

“ Aku bisa saja seperti Bomi unnie, tapi aku tidak mau” ucap Naeun berdialog dengan awan hitam malam hari. Mungkin bukan awan hitam yang benar-benar dia maksud. “ Karena aku masih setia padamu, Kim Myungsoo”

 

***

Malam itu di sebuah restaurant yang terletak di pinggiran Hongdae, 5 pria yang mengenakan busana kasual duduk mengelilingi meja bundar. Cheokbu, restaurant yang mengusung konsep ‘kamar’ ini menjadi tempat bagi orang-orang yang menyukai acara private party, salah satunya adalah para pegawai pria CKU ini. Sunggyu, Woohyun, Hoya, L, dan Sungjong, kelimanya sudah siap berpesta merayakan keberhasilan anggota baru Cullim Killing Unit.

“ Mari kita bersulang untuk L dan Sungjong. Selamat atas diterimanya kalian berdua!” kata Woohyun penuh semangat sebelum bersulang dengan kawan-kawan se-profesinya itu.

“ Terima kasih sudah mengadakan perayaan untuk kami, Sunggyu hyung” ucap L sopan.

“ Bukan masalah” balas Sunggyu sambil mengibas-ngibaskan tangannya. “ Hanya ini saja. Ini bukan apa-apa bagiku”

“ Tch, bukan apa-apa katanya” cibir Hoya lalu menyenggol Woohyun. “ Padahal ia akan menceramahi kita tentang prinsip ekonomi dan tetek bengek mengenai keuangan CKU sehabis perayaan ini”

“ Sialan kau, Howon!” Sunggyu menendang kaki Hoya dari bawah meja. Semuanya tertawa melihat perkelahian Sunggyu dan Hoya.

“ Apa kita perlu bersyukur karena Sungjong lulus dengan utuh? Dia di-training Bomi loh!” ujar Woohyun heboh. Sunggyu melemparkan tatapannya pada lelaki termuda disitu (yang kini tersenyum malu-malu).

“ Kau yakin tak patah tulang?” tanya Sunggyu.

“ Apa sekujur tubuhmu lebam-lebam?” sekarang Hoya yang bertanya. Sungjong menggeleng dengan terkekeh geli.

“ Dia tidak seburuk itu kok. Yah……kurasa, tapi lenganku masih terasa sakit jika digerakan” cerita Sungjong. Woohyun menyumpit daging dan memasukannya kedalam mulutnya sebelum berbicara.

“ Berarti Tuhan masih menyertaimu” komentar Woohyun. “ Asal tahu saja, Bomi itu sangat sadis jika sudah menyangkut hajar-menghajar dan berkelahi. Ketika ada duel antar anggota CKU, Bomi selalu mengerahkan seluruh kekuatannya, tak peduli siapa lawannya. Yah…..semacam Kai versi wanita lah”

“ Begitukah?” Sungjong mengingat kembali hari-hari trainingnya bersama Yoon Bomi untuk membuat kesimpulan mengenai cara gadis itu melatih. “ Bomi melatihku dengan baik kemarin. Walau ganas dan kasar, tapi tak seburuk yang kalian katakan”

“ Lalu bagaimana hari-harimu dengan Naeun?” tanya Hoya pada L. Pemuda bermarga Kim itu, bukannya menjawab malah terkikik sendiri. Kontan semua yang ada disitu menjadi bingung.

“ Apa Naeun menendang kepalanya sampai otaknya tergeser?” Sunggyu mulai menerka-nerka. Woohyun mengangguk setuju.

“ Atau dia sudah sakit jiwa karena dilatih Na…..”

“ Aku menikmati masa-masa yang kulalui bersamanya” cerita L, memotong terkaan Woohyun. “ Jujur itu adalah masa paling indah dalam hidupku. Terimakasih karena sudah menjadikannya sebagai pelatih sekaligus partner kerjaku, hyung”

Sunggyu, Woohyun, dan Hoya menganga lebar mendengar cerita L. Ketiga anggota generasi pertama itu saling pandang, masih tak percaya dengan kata-kata L.

“ Apa tadi katanya?” tanya Woohyun sembari menepuk-nepuk telinganya. “ Telingaku sepertinya bermasalah”

“ Perasaanku saja atau dia bilang kalau bersama Naeun adalah masa-masa paling indah?” tanya Sunggyu bingung.

Hoya menelan salivanya sendiri sebelum berkomentar. “ ………Kau….yakin, L?”

“ Tak pernah seyakin ini” jawab L semangat. Sunggyu, Woohyun, dan Hoya pasti menganggapnya gila karena sedari tadi L tersenyum-senyum sendiri layaknya orang sedang kasmaran.

“ Memangnya ada apa dengan Naeun?” tanya Sungjong penasaran.

Butuh beberapa detik untuk jeda yang diambil oleh senior-senior mereka agar mau menjawab pertanyaan Sungjong. Setelah melakukan perundingan bisu melalui mata mengenai siapa yang harus berbicara diantara mereka, akhirnya Woohyun berdeham.

“ Jadi…” Pria bermarga Nam itu memulai ceritanya. “ Naeun itu……agen yang sedikit misterius, tertutup, pembawaannya datar dan terlalu tegas. Ia jarang berbicara jika bukan mengenai hal-hal mendesak. Ia juga berkata-kata seadanya. Kami dekat satu sama lain namun yang paling dekat dengan Naeun adalah Eunji. Mereka teman SMA. Kata Eunji, Naeun sebelumnya tidak begini, dia gadis manis yang ceria. Namun berubah karena kehilangan seseorang yang dicintainya”

“ Seseorang yang dicintainya? Maksudmu kekasihnya?” tanya Sungjong lagi. Woohyun mengangguk.

“ Kekasihnya bernama…..”

“ Myungsoo” L menjawab sebelum Woohyun mengatakannya. Seniornya tersebut menjentikan jarinya.

“ Benar sekali, Myungsoo. Dia kekasih Naeun yang tewas dalam kecelakaan maut 3 tahun lalu. Mobil yang dikendarainya mengalami kebocoran minyak, menabrak pembatas jalan, terbalik, lalu terbakar. Sungguh mengenaskan”

“ Dan gosipnya, L itu mirip sekali dengan almarhum Myungsoo. Karena itulah Naeun berubah akhir-akhir ini. Dia lebih ‘hidup’ sekarang” sambung Hoya.

“ Begitu ya……” Sungjong mangut-mangut setelah mengetahui cerita dari Dark-Angel Cullim Killing Unit tersebut. “ Lalu bagaimana dengan agen-agen lainnya?”

“ Aku yang paling mengenal agen-agenku. Bagaimanapun aku pemimpin agen-agen CKU” Sunggyu mengambil alih ‘pekerjaan’ Woohyun sebagai pembicara.

“ CKU adalah bagian dari lembaga Cullim yang terdiri atas Cullim Money Department, Cullim Anti-Coruption, Cullim Otomotive and Technology, dan Cullim Killing Unit”

“ Semuanya bekerjasama dengan pemerintah” lanjut Hoya sebelum Sunggyu sempat menjelaskan. “ Boss Cullim sendiri ada di Amerika, Kim Jongsuk. Paman kalian kan?”

“ Pamanku. Tapi dia ayahnya L hyung” jawab Sungjong. Ketiga seniornya melotot sebesar-besarnya.

“ AYAH L?!!”  seru Woohyun, Hoya, dan Sunggyu bersamaan. L mengangguk pelan.

“ Sebenarnya reaksi kalian lebih dasyat dari yang kubayangkan” ucap L.

“ Tentu saja aku kaget, seharusnya kau langsung diterima menjadi agen tanpa mengikuti training!” ujar Woohyun, masih diselimuti kekagetan.

L tersenyum saja. “ Lebih baik mengikuti prosedur yang ada kan? Lebih adil”

“ Baiklah, akan kulanjutkan ceritanya” Sunggyu berdehem sebentar. Mengendalikan diri agar tetap terlihat tenang. “ CKU memiliki 6 agen lapangan, ditambah kalian menjadi 8 orang, dan 3 orang sebagai orang dalam, serta seorang operator handal”

“ Orang dalam dan operator?” Sungjong menggaruk pelipisnya bingung. “ Siapa mereka? Kok aku tidak tahu”

“ Orang-orang dalam adalah yang meneliti korban-korban, dalam hal ini ahli medis pribadi CKU, mereka adalah Chorong, Sungjae, dan Namjoo” jelas Hoya.

“ Chorong noona? Kupikir dia agen lapangan” kaget L. Kenangan mengenai adu kekuatan beladiri serta ujian berkendara yang dilaluinya bersama kekasih Woohyun tersebut kembali terlintas dibenaknya.

“ Tadinya. Tapi dia berbakat dalam hal otopsi dan science-science lainnya maka dari itu dia membantu Sungjae dan Namjoo. Kedua anak itu masih terlalu muda untuk diberi tanggungjawab penuh” tutur Woohyun.

“ Dan… operator? Aku tak pernah tahu” tanya Sungjong lagi.

“ Kalian mungkin tak pernah melihatnya. Dia baru-baru ini ditugaskan di Thailand. Tapi seharusnya dia sudah pulang” jawab Sunggyu. “ Namanya Lee Sungyeol, punya keahlian meretas computer, software, dan situs apapun di dunia. Menjebolkan banyak hal yang memerlukan sandi, mencari informasi dalam hitungan detik, dan sebagainya merupakan kemampuannya. Dia bekerja sesuka hatinya jadi kami jarang melihatnya. Hanya saja ketika CKU membutuhkannya, dia akan selalu siap sedia”

“ Dia temannya Eunji dan Naeun juga kan?” Tanya L. “ Kalau tidak salah, aku pernah melihatnya. Si jangkung itu”

“ Ya benar, dia senior Eunji dan Naeun di SMA. Katanya Sungyeol itu sahabat almarhum Myungsoo” jawab Hoya.

“ Pantas saja dia memanggilku Myungsoo juga”

“ Sungyeol sedikit misterius. Kami jarang berinteraksi karena dia jarang masuk kantor. Ia lebih suka bekerja di rumah dan mengirimkan e-mail jika ingin menyetor pekerjaannya. Namun sekalinya bertemu, kami akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengobrol. Orangnya luwes, lucu, namun aneh dan kurang rasional. Kalian akan mengenalnya karena dia hobi menyapa dan bercanda dengan orang-orang yang ditemuinya”

“ Semacam orang yang random” komentar Sungjong.

“ Ya begitulah” sahut Woohyun mengakhiri ceritanya barusan karena hidangan utama sudah datang. Kelima pemuda itupun makan dengan tenang dan bahagia. Meski nampaknya wajah Sunggyu sedikit panic karena Woohyun memesan banyak menu. Makan malam ini diselingi dengan guyonan dan cerita jenaka sehingga tak terasa kaku. Tapi memang itulah gunanya perayaan kecil ini, agar hubungan antar sesama agen CKU tidak terasa canggung.

“ Semua sudah selesai kan?” tanya Woohyun setelah tawa mereka semua berhenti. Yang lain mengangguk. Tapi ada yang lain dari Woohyun, ia malah duduk merapat dengan Sunggyu dan menatap hyungnya tersebut dengan tampang manis. Kini Sunggyu memasang tampang siaga satu.

“ Mau apa kau hah?!” tanya Sunggyu was-was.

“ Hyungnim, bukankah sudah lama kita tidak mengadakan ritual?” tanya Woohyun sok manis. Wajah Hoya langsung berbinar-binar, arak yang dicampur dengan soju adalah pencuci mulut paling menyenangkan. Namun tidak bagi Sunggyu, lelaki itu langsung menggeleng cepat.

“ Tidak, tidak akan!” tolak Sunggyu.

“ Hyung, ayolah. Kita harus memperkenalkan ritual wajib ini pada anggota baru” bujuk Hoya. Kini kedua orang itu menatap Sunggyu dengan wajah memelas, membiarkan L dan Sungjong menonton mereka sambil kebingungan.

“ Dengan uangku?!” tanya Sunggyu, nadanya naik satu oktaf.

“ Hari iniiii saja” rujuk Woohyun. “ Ya? Ya? Ya?”

Tadinya Sunggyu mau menolak lagi, tapi Woohyun dan Hoya sudah duduk mengencetnya karena ia berada ditengah. Tidak mau mati dalam keadaan gepeng diiringi dengan wajah penuh harap ‘adik-adiknya’, terpaksa Sunggyu mengiyakan.

“ Jangan terlalu banyak, uangku habis!” ujar Sunggyu bersungut-sungut lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

Dengan secepat kilat Woohyun menyambarnya sebelum kembali dimasukan ke dompet karena pemiliknya berubah pikiran. Lelaki bermarga Nam itu mengedipkan matanya sebagai tanda terimakasih.

“ AHJUMMA! ARAK DAN SOJUNYA 3 BOTOL!” seru Hoya.

“ Baiklah” Woohyun menggosok-gosokan telapak tangannya seolah ingin bertempur. “ Malam ini kita akan berpesta! Yang mabuk lebih dulu harus menraktir kami makan siang besok”

“ …….Mabuk?” Sungjong menatap hyungnya yang sudah terlebih dahulu memasang wajah stress. Pandangan L mengosong seketika. Bibir tipisnya kembali mengucapkan kata itu dengan tanpa suara.

“……Mabuk?” gumam L.

Sehabis latihan basket, temui aku disini tuan Kim

            Jangan ikut teman-temanmu untuk mabuk-mabukan, mengerti?

            L…..L….kau mabuk? L, jawab aku!

“ Sssstt” L memejamkan matanya rapat-rapat sembari menutup telinganya. Suara itu lagi. L benci ketika suara itu memenuhi kepalanya.

Sungjong mendekatkan diri pada L.“ Hyung, kau baik-baik saja? Kau mau pulang sekarang?”

L hentikan…..aku mohon padamu….

“ Jia….Jia….” L terus mengucapkan nama itu sambil mencengkram erat lengan Sungjong. Kontan lelaki manis itu semakin panik. “ Jia menghantuiku lagi….tolong…..”

“ L? Kau kenapa?” tanya Sunggyu saat melihat ada yang tidak beres.

“ Eung…..hyung….sepertinya L hyu….”

“ Hyung, aku minta maaf tidak bisa melanjutkan perayaan ini” potong L sebelum Sungjong berbicara lebih jauh. “ Ada sesuatu yang harus kuselesaikan. Aku lupa tadi”

“ Ah kau ini bagaimana….. tidak bisa ditunda dulu?” tanya Woohyun. Jelas ia kecewa, terlihat jelas dari nada bicaranya. L bangkit berdiri kemudian membungkuk.

“ Maafkan aku. Sebagai gantinya aku akan menraktir kalian makan siang besok. Anggap saja hari ini aku mabuk duluan” ucap L dengan senyum tipis. Ia memaksakan dirinya untuk tersenyum. “ Aku pulang duluan ya”

“ Hati-hati di jalan” ucap keempat pemuda itu bersamaan.

Tak lama setelah kepergian L, Sungjong merasa ponselnya bergetar. Ia pun buru-buru membuka pesan yang masuk.

 

From : L.Kim

 

Besok adalah peringatan kematian Yoo Jia, aku lupa.

 

***

Sudah 10 menit dilalui L dengan berjalan kaki, namun ia masih tidak tahu kemana harus melangkah. Lelaki itu hanya membaur dengan masyarakat Korea yang juga sedang menyusuri jalanan Hongdae. Pandangan L kosong. Raut wajahnya menampakan sebuah ketakutan. Ketakutannya dengan apa yang ia perbuat ketika ia masih muda. Tahun demi tahun berlalu dan L masih tak kunjung sembuh dari ketakutannya.

Segalanya sudah ditempuh, mulai dari meminta maaf sampai pergi ke seorang psikater. Tidak mempan, toh L memang tak bisa melupakan semuanya dengan mudah. Apa yang ia lakukan bukanlah hal kecil. Pada dasarnya kesalahan yang dilakukan pemuda itu masuk dalam kategori sukar dimaafkan. Ingatannya perlahan bergulir, berputar seperti sebuah film pendek.

 

“ Kau ini lama sekali” ujar L ketus.

            “ Maafkan aku, pustakawati itu masih butuh pertolongan” ucap seorang gadis dengan wajah bersalah. L menatapnya sebentar kemudian berdecak kesal.

            “Itu kan bukan pekerjaanmu, Jia”

            “ Apa salahnya menyenangkan hati orang lain?” Yoo Jia, sahabat perempuan L tersebut mengangkat bahunya enteng. “ Sebagai gantinya aku akan menraktirmu makan pizza, bagaimana?”

            “ Hm”

            Jia mendekap lengan L sembari menusuk-nusuk pipi lelaki itu dengan telunjuknya.

            “ Jangan ketus begitu, kau tidak tampan lagi kalau begitu. Nanti kalau penggemar-penggemarmu kabur, kau pasti kelabakan”

            “ Tch, kau pikir aku peduli dengan mereka?” L yang sudah kesal langsung berjalan meninggalkan Jia sambil menggiring sepedanya.

            “ Hei, tunggu aku!” seru Jia lalu berlari menyusul L.

 

L kembali bernostalgia dengan masa-masa SMA yang dilaluinya bersama gadis itu. Yoo Jia, sahabat satu-satunya yang ia miliki. Gadis cantik itu sesungguhnya merupakan teman Peniel dan Sungjong karena umur mereka sama. Namun entah sejak kapan keduanya merasa nyaman satu sama lain dan menjadi sahabat.

Mereka bilang L dan Jia tidak masuk dalam tipe persahabatan yang tahan lama. L adalah lelaki egois, arogan, suka seenaknya sendiri, dingin, dan sedikit angkuh sedangkan Jia berbanding terbalik dengannya; baik hati, penyayang, perhatian, dan ramah. Keduanya tak mungkin tahan jika bersama-sama. Tapi mereka salah. Keduanya baik-baik saja, bahkan memutuskan untuk melangkah ke tahap selanjutnya.

 

“ Sebenarnya makan di restaurant semewah ini membuatku sedikit kurang nyaman” aku Jia ketika ia dan L tengah makan malam di DeVount, salah satu restaurant tersohor di Amerika. Terlalu megah, tamu-tamu yang datang diharuskan berdandan glamour layaknya ingin tampil di Red Carpet. Jika tak melakukan reservasi sebelumnya, jangan harap kau bisa masuk kesana. Dan makanannya…..jangan tanyakan berapa banyak yang harus kau bayar untuk makanan yang banyaknya hanya seperduapuluh piring itu.

            “ Aku menunggu berhari-hari sampai ajuan reservasiku diterima, jadi diam dan nikmati saja apa yang ada” sahut L tenang.

            “ Buang-buang uang saja, kita kan bisa pergi ke restaurant lain kalau hanya mau makan malam. Apa kenyangnya makan disini? Berani bertaruh, semut bahkan tidak puas dengan porsinya!” omel Jia.

            L tertawa pelan mendengarnya. Ia sudah tahu kalau gadis itu akan menceramahinya. Namun ia sudah berniat mengajak Jia kesini. Jika ia sudah bertekat, tak ada yang bisa menghalanginya.

            “ Kau cantik sekali malam ini” puji L dengan senyuman manis. Jia menunduk menahan malu. Gadis itu bahkan tak mengerti kenapa jantungnya berdetak secepat ini gara-gara pria dihadapannya itu. Buru-buru ia meraih gelas dan menenggak isinya untuk mengalihkan perasaannya. Tapi ada sesuatu yang janggal. Jia berhenti minum.

            “ Apa ini?” tanya Jia sambil memandangi gelas ditangannya. Ada sesuatu dalam minumannya. Tanpa malu, gadis itu memasukan tangannya untuk meraih sesuatu didalam gelas itu. Dahinya berkerut. “ Cincin?”

            “Kalau kau memakainya berarti kau menerimaku namun jika kau mengembalikannya berarti kau menolakku” kata L. Jia menatap lelaki itu bingung.

            “ Apa yang kau bicarakan ini?”

            L mengusap-usap tengkuknya gugup. “ Kau…..mau jadi kekasihku?”

            “ …..Hah?”

            Jia melongo mendengarnya. Ia tak salah dengar kan? Apa katanya tadi?. Gadis itu bahkan sampai membersihkan telinganya sejenak. “ Kau bilang apa?”

            “ Ck. Tidak ada siaran ulang!” ketus L. “ Sudah cepat, bilang iya atau tidak? Kalau tidak, kembalikan cincinnya. Mahal itu”

            Jia yang tadinya kalem malah jadi ikutan kesal. Tentu saja, siapa yang tidak kesal jika ‘ditembak’ dengan cara begini?.

            “ Sialan kau!” Tidak tahu otak sebelah mana yang memberi perintah, Jia memakai cincin berlapis emas tersebut dijari manisnya dan mendekatkan tangannya ke wajah L. “ Ini! Puas?!”

            Tanpa diduga, L bangun dari kursinya, pemuda itu mencondongkan tubuhnya kearah gadis yang baru saja menerima pernyataan cintanya. Menyapukan sebuah kecupan lembut dipipi gadis itu.

            “ Terima kasih” ucap L malu-malu. Ia terkekeh geli melihat tampang bodoh Jia akibat perbuatannya.

 

L tersenyum tanpa benar-benar ia sadari. Mengingat bagaimana bahagianya dia setelah hari itu. Seolah-olah Tuhan tak pernah memberikan hal yang dinamakan cobaan dalam dirinya. Hidupnya semakin berwarna dengan tawa yang dikeluarkannya setiap waktu. Bersama gadis itu, ia berfikir bahwa segalanya akan terasa lebih mudah. Tak peduli dengan ayahnya yang terus mencekokinya tentang perusahaan keluarga, atau pertanyaan dari keluarga besarnya mengenai kehadirannya.

Ayah L adalah single parent. Sampai sekarang ia tak pernah tahu siapa ibunya sehingga ia menerka-nerka saja selama ini. Namun karena Jia, ia tahu kebenarannya. Ia memberanikan diri untuk membongkar ruang kerja ayahnya. Atas saran kekasihnya tentu saja. Kemudian L menemukan berkas-berkas dari rumah sakit yang berisi profile seorang wanita dan berbagai tes yang dijalaninya. Didalam situ juga tertera cek serta surat perjanjian. Sejak itu ia tahu bahwa ayahnya menggunakan system bayi tabung agar memiliki anak tanpa harus menikah.

Hubungan itu…..tidak sebentar tapi juga tidak lama. L harus kehilangan Jia dengan cara paling keji yang pernah ada. Dan lelaki itu harus menelan pil pahit akan kenyataan bahwa dirinya sendirilah yang menghilangkan nyawa Jia. Dengan kebiadabannya. Dengan akal sehatnya yang hilang saat itu. Dengan nafsu dan kebodohannya.

 

“ Kau masih harus berlatih basket?” tanya Jia. Kedengarannya gadis itu kecewa. L mengangguk pelan tanpa memandang gadisnya karena ia sedang berkonsentrasi pada bola basket yang berotasi diujung jari telunjuknya.

            “ Sampai jam berapa?” tanyanya lagi.

            “ Entahlah. Mungkin jam 8 atau 9 malam” jawab L. “ Kalau mau pulang duluan, tidak apa-apa”

            “ Aku mau menunggumu!” sahut Jia cepat. “Sehabis latihan basket, temui aku disini tuan Kim”

            “ Baiklah nyonya Kim” balas L sambil mengacak-acak rambut kekasihnya. Iapun tersenyum. “ Aku tinggal dulu”

            “ L!”

            Jia memanggil namjachingunya yang sudah berlari cukup jauh. Mendengar namanya dipanggil, L langsung berhenti berlari dan menoleh. Kini keduanya saling pandang dalam radius 5 m.

            “ Apa?”

            “Jangan ikut teman-temanmu untuk mabuk-mabukan, mengerti?”

            L tertawa saja. Sudah jadi kebiasaan anak basket, jika seusai latihan mereka akan pesta minum bir sampai tumbang. Ritual menghilangkan stress katanya.

            “ Kuusahakan!”

            Tak ia sangka jawabannya sanggup membuat Jia berlari menyusulnya kemudian saat dua insan itu berhadapan, Jia langsung menjitak kepala L.

            “ Bodoh!” Gadis itu terlihat marah. “ Kau tahu kalau toleransimu pada alcohol itu tidak bagus. Terlebih jika kau mabuk, kau akan melakukan aksi-aksi yang aneh”

            L mengelus-elus kepala sang kekasih dengan sayang. “ Aku mengerti. Jangan khawatir. Tunggu disana sampai aku selesai, okay?”

            “ Eum” Jia mengangguk tanda mengerti. Setelah memberikan kecupan ringan didahi Jia, L pun pergi menuju lapangan basket. Meninggalkan Jia yang masih merasa was-was.

            1 jam

            2 jam

            “ Ayolah L, kau tak mungkin pergi tanpa menghabiskan semua ini” seru Jay, teman satu timnya. L berjalan meninggalkan lapangan dengan terhuyung-huyung. Ia tak mengindahkan  peringatan Jia. Pemuda tampan itu ikut minum-minum bersama timnya.

            “ Nanti. Aku harus menemui kekasihku” tolak L. Matanya sayu dan nyaris mengatup. Efek terlalu mabuk. Jia benar, ia bukan peminum handal.

            “ Wah, lelaki sejati!” salah satu temannya bertepuk tangan. Mabuk juga, namun keadaannya lebih baik dari tuan Kim ini. “ Menemui kekasih dalam keadaan mabuk adalah pilihan yang bagus. Kalian bisa lebih liar”

            “ Tutup mulutmu, brengsek” umpat L. Nada bicaranya terdengar seperti bercanda daripada marah. Lagipula ia memang tak benar-benar marah. Terlalu mabuk untuk itu. “ Jiaku masih polos dan suci”

            “ Kalau begitu ajari dia. Masa hanya kau sendiri diantara kita yang masih ‘perawan’? hahahaha”

            Teman-temannya tertawa keras. L memandangi mereka. Nampaknya amarah L tersulut. Namun ia hanya mendengus dan pergi dari situ. Susah payah L berjalan menyusuri koridor sekolah demi menemui Jia di ruangan kelas. Tak jarang L sampai harus berpegangan pada loker-loker agar tetap berdiri. Sial, kepalanya seperti mau meledak sekarang.

            Bruk!

            “ L?” Sebuah suara memanggilnya ketika ia jatuh tersungkur. Dengan susah payah ia mengadahkan muka untuk melihat sang pemanggil. Bibirnya pun mengukir senyuman.

            “ Ji…..a” ucapnya parau.

            “ Astaga!” Cepat-cepat Jia berlari menghampiri L dan duduk didepannya demi mengecek keadaan sang kekasih. “L…..L….kau mabuk? L, jawab aku!”

            “…..”

            “ Sudah kubilang untuk tidak minum! Dasar bodoh!” marah Jia sambil terus memukuli tubuh L. “ Lihat apa yang terjadi?! Ayo kita pulang sekarang!”

            “ Berisik!” gertak L membuat Jia terdiam karena kaget. Seumur-umur, L tak pernah berteriak padanya. Tanpa ia duga, L bangkit dan menerjangnya. Lelaki itu menindihnya dan mengunci tangan serta kakinya hingga Jia tak mampu membuat gerakan. Matanya bertemu mata sayu L. “ Mereka bilang aku masih perawan. Akan kutunjukan bahwa aku bukan orang payah”

            “ H-hah?”

            Belum sempat Jia berkata-kata lebih jauh, L sudah mengunci mulutnya dengan ciuman kasar.

 

L menghela nafas panjang. Ia sampai berhenti ditengah perjalanannya. Sebenarnya lelaki itu tidak begitu ingat apa yang terjadi setelah itu. Tapi yang ia tahu, dia memperkosa Jia di koridor sekolah, menjadi tontonan teman-teman satu timnya, kemudian menyerahkan gadis itu untuk ‘dipakai’ secara bergilir sementara ia berjalan pulang ke rumah. Tak memperdulikannya yang terus memanggil nama L. L hentikan…..aku mohon padamu….

Keesokan harinya, L dibangunkan secara paksa oleh Sungjong dan Peniel yang membawa berita mengerikan. Jia tewas dengan keadaan mengerikan ditaman sekolah, dibunuh. L tak bisa mendeskripsikan bagaimana ia hampir gila setelahnya. Dihantui perasaan bersalah dan kesepian yang tak berakhir. Ia sering membuat gempar orang-orang dengan meringkuk disudut kamarnya, menutup telinganya sambil terus berteriak.

L dibawa ke pskiater oleh sang ayah. Dan kasus Jia? Teman-temannya ditangkap oleh polisi. L aman-aman saja karena pernyataannya. Aku sudah pulang saat itu, kupikir Jia sudah pulang juga karena biasanya dia pulang sendiri saat jadwal latihan basketku tiba. Tak lama setelahnya L berubah, ia bukan lagi lelaki yang menutup diri dari pergaulan. Ia membuang sifat angkuhnya dan bergaul dengan banyak orang. Namun ada hal lain yang berubah. Kebiasaannya.

L jadi suka merayu dan menggoda teman-temannya di sekolah. Playboy paling hebat ditahun terakhirnya di SMA. Tanyakan pada teman seangkatannya, wanita kelas 3 mana yang tak pernah menikmati rasanya bercinta dengan lelaki tampan nan tajir berdarah Korea tersebut. Tak hanya di sekolah, L juga ‘bermain’ dengan wanita-wanita random yang ditemuinya di diskotik. Sudah berapa wanita yang hamil dibuatnya. Tapi ia tetap aman, ayahnya menangani segalanya dengan sangat rapi.

Namun ayahnya sudah terlalu muak dengan putranya. Alhasil lelaki itu dibuang ke Korea. Dan disinilah L sekarang, berusaha memulai hidup baru. Menjadi L yang lebih berguna dan tak hanya menyusahkan keluarga. Beruntung ia masih memiliki Sungjong disini, jika tidak mungkin ia sudah gila dengan sukses.

Matanya terpaku pada penjual kembang api dihemperan Hongdae. Bibirnya kembali melukis sebuah senyum. Jia suka kembang api, pikir L. Iapun memutuskan untuk membeli beberapa buah untuk ia mainkan. Dulu, keduanya sering bermain kembang api sambil memakan bakpau daging. Akhirnya L berkeliaran mencari pedagang bakpau di Hongdae.

“ Ahjumma, berikan aku bakpau daging satu” ucap L ketika menemukan penjual bakpau. Ibu-ibu penjual yang sibuk melayani pelanggan itu melihatnya.

“ Wah, kau tampan sekali” puji sang penjual. L hanya tersenyum malu-malu. Ahjumma itu memberikan bakpau pesanannya. “ Ini untukmu, gratis”

“ Benarkah?” tanya L tak percaya. Ia mengambil bakpau tersebut.

“ Tentu saja. Kau mengingatkanku pada almarhum suamiku, dulu ketika muda juga ia setampan dirimu” ujar penjual bakpau. Wajah bahagia L langsung sirna.

“ Kenapa aku selalu disamakan dengan orang yang sudah meninggal? Miris sekali” gumamnya pelan. Samar-samar ia mendengar seorang perempuan cekikikan seolah menertawainya. L pun menoleh.

“ Naeun?”

Gadis berambut panjang tergerai itu  mengubah cekikikannya menjadi tawa yang besar. Tangannya bergerak menepuk-nepuk bahu L.

“ Tabahkan dirimu ya” ujar Naeun ditengah-tengah tawanya. L juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba moodnya kembali membaik. Seakan-akan stress yang menderanya barusan tidak pernah ada.

“ Apa yang kau lakukan disini?” tanya L.

“ Membeli bakpau sebelum pulang ke rumah. Rumahku tak jauh dari sini, ingat?” jawab Naeun. Oh iya, L baru sadar kalau kediaman Naeun berada tak jauh dari Hongdae. “ Kau sendiri? Bukankah kau seharusnya bersama yang lain untuk makan-makan?”

“ Aku kabur” jawab L enteng.

“ Hm? Kabur?”

“ Mau menemaniku main kembang api?” tanya L sambil mengangkat plastic berisi kembang api yang barusan dia beli. Naeun tersenyum mengejek.

“ Sudah  23 tahun tapi masih bermain kembang api” olok Naeun.

“ Jangan bawel, jawab saja iya atau tidak”

“ Baiklah-baiklah, aku akan menemanimu”

Naeun tidak mengerti kenapa ia bisa mengiyakan ajakan L secepat itu. Biasanya ia suka menolak. Nona Son itupun tak tahu menahu mengapa ia sering tersenyum dan bahkan tertawa jika bersama L. Seolah ia kembali pada Naeun di masa SMA, kembali menjadi Son Yeoshin. Aku hanya ingin mengalihkan pikiran dari pengakuan Kai. Itu saja, tidak ada alasan lainnya, batin Naeun. Menyangkal spekulasi lain yang masuk ke otaknya. Spekulasi bahwa ia jatuh cinta lagi.

 

***

“ Bagaimana ujianmu tadi?” tanya Naeun. Kedua muda-mudi itu kini duduk berdampingan disebuah permainan seluncur di taman bermain dekat rumah Naeun. L tersenyum sambil memandang langit.

“ Tidak terlalu buruk” jawabnya senang. Ia merogoh saku celananya dan menunjukannya kehadapan Naeun. Kartu keanggotaan CKU. “ Sekarang kau tak bisa menindasku lagi”

Naeun meraih kartu tersebut dengan antusias. Kini gadis itu tersenyum lebar pada rekan kerja barunya. “ Selamat ya!”

“ Terima kasih” ucap L kalem. Sekarang-sekarang ini, sepasang agen CKU yang baru resmi menjadi partner tersebut seolah bertukar peran. Jika biasanya L yang terlihat ceria dan Naeun yang memegang peran datar-datar saja, kali ini terbalik. Saat ini Naeun terlihat ceria dan cerewet, berbeda dengan L yang berubah diam tanpa kata.

“ Kau bilang kita akan bermain kembang api?”

Seolah kembali ingat dengan tujuan awalnya, L mengeluarkan barang beliannya dan memberikan beberapa batang pada Naeun. Tak lupa ia mengambil korek api minyak disakunya.

“ Kau sedang sakit?” tanya Naeun polos saat L berusaha membakar kembang apinya. L menatap gadis tersebut. Wajahnya nampak sayu. Karena malas menjawab alhasil L hanya menggeleng pelan. Kembang api milik Naeun sudah menyala, sekarang tinggal menyalakan miliknya.

“ Ada masalah apa? Kau jadi pendiam seperti itu” tanya Naeun lagi. L tersenyum dan menunduk, memandangi kembang api ditangannya yang menyala indah.

“ Kau rindu kecewetanku ya?” tanya L yang mencoba menggoda Naeun. Nona Son berdecak jengkel lalu menggelengkan kepalanya.

“ Sebab kalau kau menjadi pendiam, kau malah semakin mirip Myungsoo” ucap Naeun pelan. “ Aku tidak mau jatuh cinta padamu”

“ Kenapa?” L tidak menyangka jika kata-kata Naeun barusan membuatnya merasa sedikit kecewa.

“ Aku memutuskan untuk menyendiri entah sampai kapan. Lagipula aku dan Myungsoo belum putus, jadi ini sama saja dengan selingkuh”

Naeun mengambil satu lagi kembang api dan membakarnya. Lama-lama kegiatan ini menyenangkan juga. L daritadi terdiam merenungi kata-kata seniornya. Dia dan Jia juga belum putus, berarti apa selama ini artinya dia berselingkuh? Berapa banyak kali ia melakukannya?. L mengusap air mata yang tiba-tiba saja jatuh membasahi pipinya. Lelaki itu tertawa hambar, mengejek diri sendiri.

“ Kau menangis?” tanya Naeun sedikit panik. L menggeleng cepat-cepat.

“ Mataku terasa perih karena memandang api” jawab L asal. Ia berpura-pura sibuk membakar kembang api lainnya agar Naeun tidak bertanya lebih jauh.

“ Kalau boleh tahu, untuk siapa kau membakar kembang api ini?” pertanyaan Naeun rupanya sanggup membuat L kehilangan kata-kata. Ia tidak berfikir kalau gadis itu dapat mempertanyakan alasan mengapa lelaki itu bermain kembang api.

“ Heung…..” Pikirannya masih berseteru, haruskah ia menceritakan masa lalunya? Bagian terkelam dalam hidupnya?. “ Aku ingat sewaktu di Amerika, aku sering bermain kembang api bersama ayahku. Kebetulan saat sedang berjalan-jalan tadi aku melihat penjual kembang api jadi sekalian saja aku beli”. L bertekat untuk menyembunyikan ceritanya yang telah lalu. Berusaha untuk hidup sebagai L Kim yang baru.

“ Sebenarnya aku masih tak mengerti kenapa kau dan Sungjong bisa datang ke Korea lalu menjadi training jalur khusus di CKU” kata Naeun membuka pokok bahasan.

“ Jalur khusus?” ulang L tak mengerti.

“ Harusnya penerimaan anggota baru diadakan 2 bulan lagi”

“ Aku dan Sungjong kan anggota rekomendasi dari pemimpin kalian”

“ Ah ya benar, Kim Jongsuk sajangnim. Kau anaknya?”

Pertanyaan Naeun selalu to the point, tebakannya entah kenapa jitu sekali. Bahkan disaat agen CKU lainnya tak kepikiran kalau lelaki itu adalah anak pemimpin Cullim.

“ Iya”

“ Pantas saja” Ucapan Naeun barusan membuat L menatapnya dengan seksama.

“ Pantas saja apa?”

“ Kau kelihatan manja dan suka seenaknya. Setelah tahu kau adalah anak sajangnim, sekarang aku menemukan alasan mengapa kau seperti itu”

“ Tch” decak L yang tidak suka dideskripsikan demikian. “ Aku tidak seburuk itu!”

“ Ya terserahlah” balas Naeun acuh. Gadis itu melihat arloji yang melingkar ditangan kirinya. “ Sudah jam 9 malam. Aku pulang dulu ya”

Naeun berseluncur turun dari perosotan dan beranjak pergi.

“ Tunggu!” Langkah Naeun berhenti, seseorang mencengkram pergelangan tangannya. Rupanya L mengikutinya berseluncur. Naeun pun menoleh.

“ Apa?”

“ Boleh aku mengajakmu ke rumahku?” tanya L hati-hati.

Hening.

Naeun bungkam dengan mata yang tak lepas dari wajah rupawan rekan kerja barunya.

1 menit

2 menit

“ Baiklah” jawab Naeun singkat.

Kenapa ia mengiyakan ajakan L? Naeun sendiri tak tahu jawabannya. Ia…….hanya mengikuti kata hatinya saja.

 

***

Naeun duduk dengan canggung sambil mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan. Kini ia sudah berada di rumah L. Tidak terlalu berantakan seperti yang diperkirakannya, rumah ini cukup rapi untuk ukuran L Kim yang sepertinya tak tahu caranya bersih-bersih. Tak lama kemudia L muncul dari dapur dengan membawa nampan berisi 2 cangkir teh hangat

“ Silahkan diminum nona Son” ujar L sambil meletakan nampan diatas meja. Naeun tersenyum simpul lalu mengangkat cangkir tehnya. Bukannya diminum, Naeun malah menghirup aromanya terlebih dahulu.

“ Kau…..tak membubuhkan sesuatu yang aneh kedalamnya kan?” tanya Naeun was-was. L menghela nafas panjang.

“ Memang aku sebejat itu ya di matamu?” tanya L balik.

Naeun menggelengkan kepala dan menyeruput tehnya dengan santai setelah merasa segalanya aman-aman saja. “ Kurang gula” komentar Naeun.

“ Tapi cukup sukses kan?” L menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. “ Seumur hidupku, baru kali ini aku menyuguhkan minuman buatan sendiri pada tamu”

“ Benar-benar anak kaya manja” sahut Naeun pelan namun tetap saja tertangkap indra pendengaran pemuda disampingnya. L mendesis.

“ Jangan membuatku jengkel” kesal L. Naeun mengangkat bahunya tak peduli dan kembali menyeruput tehnya.

“ Jadi apa tujuanmu mengajakku kesini?” tanya Naeun.

Seolah diingatkan, L bangkit dari sofa dan berjalan menuju tempat dimana ia meletakan sepasang speaker stereo besarnya. Tangannya meraih sebuah USB diatas meja disamping benda besar itu lalu mencolokannya di tempat yang seharusnya. Tak lama Naeun dapat mendengar alunan music tenang dan lembut. Apa maksud semua ini?.

“ Mau berdansa denganku?” tawar L yang entah sejak kapan berada didepannya. Lelaki itu mengulurkan tangannya pada Naeun. Kini Naeun kebingungan. Haruskah ia menerima ajakan pria itu? atau…….menolaknya?. Ini sudah terlalu berlebihan. Apa yang bisa terjadi selanjutnya jika pria dan wanita yang mengisi waktu sambil berdansa? Membayangkannya saja Naeun sudah ngeri. Seolah-olah L tengah melancarkan misi tersembunyi padanya.

Tapi segala pikiran itu tak ada gunanya tatkala Naeun menyambut uluran tangan L. Untuk kesekian kalinya ia menyanggupi permintaan pria itu. Tanpa alasan yang jelas. Tanpa Naeun mengerti kenapa. Keduanya berdansa bersama, terlarut dalam music lembut yang mengiringi setiap langkah. Mata bening Naeun terus beradu pandang dengan mata elang milik L. Tangan mereka semakin erat mencengkram satu sama lain. Semakin lama jarak diantara keduanya semakin tipis tanpa sadar.

Satu tarikan nafas kaget berasal dari Naeun saat tangan L yang berada dipinggangnya tiba-tiba menariknya. Detik kemudian L mendekap tubuh Naeun. Begitu erat sampai gadis itu nyaris tak mendapat celah untuk menghirup oksigen. Tapi Naeun diam saja. Tak berusaha melepaskan diri apalagi memberontak. Aroma tubuh L berhasil mematahkan niatnya untuk kembali menciptakan jarak.

L membenamkan wajahnya dibahu Naeun dan menghirup nafas dalam-dalam. Ia hampir saja menangis jika tidak ada penolakan yang kuat dalam dirinya. Aku suka dekapanmu, hangat. L membiarkan karbondioksida lolos dari hidungnya. Jam dinding L berdentang 12 kali. Hari ini tiba lagi. Hari kematian gadis yang pernah mengisi relung hati seorang L Kim

“ Aku minta maaf” ucap L lirih ditelinga Naeun. Dahi Naeun berkerut bingung. Kenapa dia meminta maaf?. Hanya saja Naeun tidak bertanya apapun. Ia tetap diam dalam pelukan L. Ia tidak bisa memungkiri bahwa……dirinya merasa nyaman sekarang.

Samar-samar L melihat sesosok wanita lain berdiri jauh disudut rumahnya. Wajahnya masih sama seperti yang terakhir kali. Senyumnya tetap setulus yang dulu. L mengejap-ejap kaget. Apakah itu…..Jia?. Sebuah suara begitu pelan menyusup diantara alunan lagu dari speaker. Jelas, L dapat mendengarnya dengan baik. Aku memaafkanmu sayang, berbahagialah dengannya. Aku mencintaimu.

Baru saja L hendak mengatakan sesuatu, sosok itu menghilang. Seakan tak pernah hadir malam itu. Perlahan bibir L menyunggingkan senyuman. Lega. Rasanya 1000 beban yang membebani pundaknya sirna. Ia melepaskan dekapannya pada Naeun dan kembali menatap gadis itu dalam-dalam. Dari mata Naeun, L dapat membaca raut kebingungan. Telapak tangan kanan Naeun yang hangat mengusap pipi L yang terasa dingin tanpa memutuskan kontak mata antara keduanya.

Entah apa yang merasuki L sehingga berani memajukan wajahnya kearah Naeun. Naeun pun tak berkutik, ia diam saja. Seperti memang menantang L melakukan sesuatu lebih jauh. Mata mereka sama sekali tak menutup. L memiringkan kepalanya saat hidung keduanya bersentuhan. Dekat sekali hingga keduanya dapat merasakan hembusan nafas satu sama lain menerpa wajah mereka.

Tersisa 3 mm

2 mm

1 mm

Brezz~~!!

“ Astaga!” Naeun yang terlebih dulu menjauhkan diri dengan mendorong dada bidang L menggunakan tangannya dan berlari menuju jendela. Gadis itu menyingkap gorden biru demi melihat keadaan diluar. Benar saja, hujan deras mengguyur Seoul malam itu. Wajah Naeun berubah panik. “ Bagaimana aku bisa pulang kalau begini?”

“ Tunggu saja sampai hujannya reda” saran L yang sudah duduk kembali di sofa. “ Sudah terlalu malam untukmu pulang naik bus. Biar kuantar kau pulang dengan motor”

Naeun mendelik pada L. Tentu saja adegan kejar-kejaran mereka dengan polisi tak bisa ia lupakan begitu saja. “ Aku masih ingin hidup tenang” kata Naeun.

“ Kalau begitu tidak ada pilihan lain, kau harus bermalam disini” balas L enteng.

“ Ish sialan” umpat Naeun sambil menjatuhkan tubuhnya disebelah L. Pemuda itu hanya bisa tertawa.

 

***

L mematikan televisi dan menoleh pada Naeun yang sudah terlelap dibahunya. Gadis itu nampaknya menemukan ‘bantal’ nyaman lainnya selain yang bersemayam dikasur. Sambil menunggu hujan reda, sepasang muda-mudi itu memutuskan untuk menonton film bersama. Miracle in Cell no. 7, seperti yang disarankan oleh Naeun. Sebelumnya terjadi percekcokan kecil tentang ‘Mana film yang akan ditonton malam ini, Miracle in Cell no. 7 atau Salt’. Tapi L mengalah setelah Naeun mulai mengerahkan tangan dan kakinya untuk mengancam. Bukannya takut, tapi L sedang tidak nafsu berkelahi.

Dengan sangat hati-hati, L mengangkat tubuh Naeun dan memindahkan gadis itu ke kamarnya. L menarik kursi untuk duduk-duduk sebentar disamping ranjangnya. Menyaksikan wajah Naeun yang sedang tertidur sepertinya menarik. Tangannya terulur menyingkirkan beberapa helai rambut yang menjuntai menutupi wajah seniornya. L tersenyum.

“ Kau tertidur karena lelah menangis? Bodoh. Sudah kubilang agar kita menonton Salt saja” gerutu L dengan suara super pelan. Tak ingin membangunkan Naeun. Ia menyelimuti gadis itu serta mengusap kepalanya sebentar sebelum keluar.

L mengambil tas Naeun dengan maksud meletakannya di kamarnya. Namun karena kebodohannya, ia malah membuat barang-barang Naeun jatuh dan berhamburan di lantai. Buru-buru L memberesi semuanya. Mata elangnya terpaku pada sebuah benda di lantai. Tangannya dengan cepat menyambar benda tersebut.

“ Diaryku?” gumamnya bingung sambil membuka halaman demi halaman. “ Kenapa bisa ada di tas Naeun?”

Tergoda saat melihat halaman terakhir yang kosong, L menyambar pulpen milik Naeun lalu kembali menulis disana. Sudah lama sekali ia tak menulis diary.

 

June 2nd 2014

 

Aku jatuh cinta lagi.

 

***

Sungjong membuka pintu apartemen dan melangkah masuk dengan tertatih-tatih. Tangannya tak lepas dari kepalanya yang rasanya seperti mau pecah. Sebenarnya berapa banyak gelas yang ia minum dalam ritual agen CKU yang aneh itu?. Tangan kanannya meraba-raba tembok untuk mencoba menemukan stop kontak. Matanya membuat kaget saat mengetahui bahwa kakak sepupu kesayangannya meringkuk di sofa. Tertidur dengan lelap.

Sungjong tidak lagi peduli pada sakit kepalanya. Lelaki manis tersebut memaksakan diri berjalan ke dapur demi membuatkan segelas susu coklat untuk L. Ia khawatir hyungnya itu akan bangun dengan sakit disekujur tubuhnya karena tidak pernah sekalipun L tidur di sofa. Dengan pelan-pelan ia menepuk lengan L.

“ Hyung, bangun hyung. Ayo pindah. Kau bisa sakit tidur diluar” bisik Sungjong.

“ Huh?” Berhasil. L mendudukan diri dan mengusap matanya yang masih ingin mengatup. Tuan Kim menatap Sungjong yang duduk lesehan dilantai disamping sofanya sambil menyodorkan segelas susu coklat.

“ Minum dulu hyung” ujar adik sepupunya. Sungjong berpindah duduk disamping L saat sang kakak sedang menenggak susunya. “ Kenapa tidur disini? Pindah kekamarmu”

Bukannya menyahut, L malah tertawa sendiri. Sungjong sampai bergidik ngeri dibuatnya. Takut kalau seandainya hyungnya ‘kumat’ karena ditinggal tadi. Jari telunjuk Sungjong menyentuh pipi L dengan takut.

“ Kau kenapa hyung? Kau tidak sedang kumat kan? Mau kutelpon Dr. Steve untuk menanyakan resep obat? Atau perlu kusuntikan obat penenang?” tanya Sungjong bertubi-tubi. L menatap Sungjong sebentar kemudian terkekeh geli.

“ Aku sudah sembuh kok. Jangan khawatir” jawab L riang. Bukannya tenang, Sungjong malah semakin stress.

“ Apa aku perlu memesan tiket ke Amerika? Kau butuh diterapi lagi sepertinya” gumam Sungjong. Hampir saja ia menelpon maskapai penerbangan kalau L tidak cepat-cepat merampas ponselnya.

“ Kalau kau menyuruhku tidur di kamar, berarti kau sudah harus siap untuk ikut dibunuh ayahku. Bonusnya kau akan punya keponakan” ujar L. Sungjong bingung.

“ Maksud hyung?”

“ Ada Naeun di kamarku”

“ HAH?!”

Sungjong seketika menjadi heboh. Tidak menyangka kakaknya akan bertindak sejauh itu. Duduknya merosot dan tangannya meraba dahinya stress. Seperti sudah siap mati.

“ Kenapa kau tidak berubah juga? Bagaimana kalau paman tahu? Dia seniormu hyung! Astaga kupikir Naeun sangat susah didekati tapi ternyata….”

“ Ssstt berisik” berongos L. “ Kau harus tahu kalau………baru kali ini jantungku berdetak hebat tanpa kendali”

 

***

Naeun mengusap-usap kedua matanya dan menggeliat sejenak diatas tempat tidur sebelum duduk terdiam. Ia memandangi sekeliling ruangan yang digunakannya untuk istirahat semalam. Ruangan ini asing. Naeun tidak ingat sejak kapan design kamarnya jadi seperti ini. Gadis itu menutup matanya, berusaha mengingat kembali apa yang terjadi kemarin. Beberapa saat kemudian ia tersadar.

“ Oh iya, L” ucapnya parau. Efek baru bangun tidur. Naeun menyingkap selimut yang melindunginya dari angin malam dan berjalan keluar dari kamar. Seulas senyum terlukis dibibir Naeun saat melihat tubuh L yang tergeletak di sofa. Tertidur pulas sepertinya. Gadis itu menghampiri rekan kerjanya dan duduk lesehan disamping sofa. Matanya kini memandangi wajah tidur L. Sekali lagi Naeun tersenyum. Senyum tulus dari dalam hatinya, yang selama ini tak pernah ia tunjukan lagi.

Kemudian Naeun sudah mendapati tangannya mengelus puncak kepala L. “ Selamat pagi…..L” ucap Naeun lembut. Gadis itu bangkit berdiri dan berjalan menuju ruang makan. Adalah wajib bagi Naeun untuk menenggak segelas penuh air mineral sewaktu habis bangun tidur.

“ Selamat pagi, Naeun”

Byuuuuuur!

Sosok Sungjong yang tiba-tiba keluar dari dapur dengan semangkuk besar nasi goreng ditangannya dan menyapa Naeun rupanya sukses membuat sang Dark-Angel kaget sampai menyemburkan air minumnya.

“ Maafkan aku, apa aku mengagetkanmu?” tanya Sungjong panik. Ia memberikan segelas air lagi pada Naeun sambil mengelus-elus punggung gadis itu.

“ Aku tidak tahu kau juga tinggal disini” ujar Naeun lalu meraih tisu untuk membersihkan kekacauan yang ia buat pagi ini.

“ L hyung tak mengatakan kalau aku tinggal dengannya?”

Naeun menggeleng pelan. “ Sekarang aku tahu kenapa rumah ini bersih”

Sungjong terkekeh saja mendengarnya. Lelaki itu meletakan mangkuk nasi gorengnya kemudian balik lagi kedapur untuk mengambil piring, gelas, dan sendok. Naeun tidak membantu, nona Son ini malah sudah duduk manis di kursi meja makan sambil menonton aktivitas adik sepupu L.

“ Kau sudah bangun?” tanya sebuah suara parau dibelakang Naeun. Gadis itu mengadahkan kepala. L menguap lebar-lebar lalu mengambil tempat didekat Naeun.

“ Pagi hyung” ucap Sungjong ramah. Lelaki manis itu pun duduk berhadapan dengan L setelah selesai menyendokan nasi goreng ke piring mereka bertiga. “ Maaf ya Naeun sunbae, hidangan pagi ini seadanya saja”

“ Tidak apa-apa, aku malah berterima kasih karena sudah diberi tumpangan dan makan pagi gratis” sahut Naeun dengan senyum manis.

“ Tidurmu nyenyak?” tanya L membuka percakapan saat semuanya sibuk makan dalam diam. Naeun mengangguk, pandangannya masih terfokus pada nasi goreng buatan Sungjong dipiringnya.

“ Kau bisa memakai pakaianku untuk berangkat ke kantor” tawar lelaki berambut hitam pekat itu.

“ Aku tidak bisa jika tidak menggunakan warna hitam untuk salah satu busanaku” kata Naeun.

“ Kalian cocok sekali, L hyung juga sama sepertimu. Salah satu pakaian yang dikenakannya harus berwarna hitam. Hampir semua pakaian L hyung berwarna hitam” jelas Sungjong tanpa diminta. Naeun mengangguk-angguk.

“ Kalau begitu aku pinjam bajumu”

“ Baiklah” sahut L. Pemilik rambut hitam pekat itu menuangkan minuman untuknya dan Naeun. Melihat pemandangan tersebut, Sungjong mencibir pelan.

“ Seumur hidupku, L hyung tak pernah menuangkan minuman untukku. Malah aku yang selalu melakukan itu untuknya” ujar Sungjong dengan nada cemburu. L menatap adik sepupunya itu dengan wajah innocent.

“ Naeun ‘kan tamu disini. Selama di Amerika, akulah yang selalu bertamu ke kediamanmu, maka wajar saja kalau kau yang harus menuangkan minum untukku” balas L beralasan. Naeun tertawa kecil mendengar pertengkaran kakak beradik itu. Dengan inisiatif, Naeun menuangkan minuman ke gelas Sungjong.

“ Kalau L tidak pernah melakukannya, biar aku saja” kata Naeun ramah.

“ Terima kasih Naeun sunbae, kau baik sekali” ucap Sungjong. “ Oh ya, bisa kalian menjelaskan kenapa Naeun sunbae bisa bermalam disini?”

L dan Naeun saling pandang dengan wajah canggung. Lelaki itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal dan Naeun mengedip-edipkan sepasang mata beningnya beberapa kali. Harus darimana penjelasan ini dimulai?.

“ L mengajakku kesini” jelas Naeun singkat. Ia menyikut L untuk melanjutkan ceritanya.

“ Eum….kami…..” L mengusap tengkuknya bingung. Apa perlu ia katakan kalau semalam dia dan Naeun berdansa sampai hampir berciuman?. “ Kami nonton film bersama, karena hujan jadi Naeun tak bisa pulang. Terpaksa ia harus menginap disini” lanjutnya. L bersyukur karena ia punya bakat memodifikasi cerita.

Sungjong diam saja tanpa satu katapun komentar. Lelaki itu malah melemparkan tatapan curiga pada Naeun dan L secara bergantian. “ Kalian….tidak melakukan….”

“ TIDAK!” teriak Naeun dan L bersamaan memotong pertanyaan Sungjong. Tapi jawaban itu tak meruntuhkan tatapan curiga Sungjong rupanya.

“ Apa maksud tatapanmu itu hah?!” tanya L jengkel.

“ Kau bisa percaya padaku jika kakak sepupumu tidak dapat dipercaya. Kami tidak melakukan apapun. Rumah kalian masih suci kok” tutur Naeun berusaha meyakinkan. Berhubung Naeun sudah angkat bicara, Sungjong akhirnya percaya.

“ Ayo kita bersiap-siap ke kantor, sudah hampir jam 10 pagi” kata Sungjong. Ketiganya bangkit berdiri dan bersiap ke kantor.

 

***

“ L” bisik Naeun pada pemuda yang berjalan disampingnya. L menunduk agar dapat mendengar Naeun dengan jelas.

“ Ya?” sahut L tenang namun turut menggunakan volume rendah.

“ Tidakkah kau merasa semuanya memandangi kita?”

L mendongakkan kepala dan melihat sekeliling. Benar saja, para pegawai CKU tengah menjadikan sepasang agen berwajah rupawan itu sebagai tontonan pagi. Berbeda dengan Naeun yang menunduk dengan wajah risih, L malah tersenyum dan menyapa mereka semua.

“ Selamat pagi!” ucap L ramah disertai senyum lebar. Para pegawai mengangguk dan membalas senyum lelaki itu kemudian kembali pada aktivitas mereka. Ia pun melihat Naeun lagi. “ Mereka hanya butuh sebuah sapaan. Kau terlalu dingin dan menyeramkan makanya tak pernah menyapa orang”

“ Kau yakin bukan karena pakaianku?” tanya Naeun. Gadis itu benar-benar meminjam pakaian L untuk berangkat ke kantor pagi ini. Sebuah kaus putih lengan buntung, jaket kulit berwarna hitam, dan celana ¾ warna hitam (yang merupakan celana pendek L). Penampilan Naeun yang terkesan santai benar-benar berbeda dengan yang biasanya. Selama ini Naeun lebih sering menggunakan kemeja dan celana panjang.

“ Son Naeun??!”

Sebuah suara melengking mengagetkan Naeun dan juga L yang hendak naik lift. Dari sisi barat mereka, seorang gadis berponi cepat-cepat menghampiri sepasang agen tersebut. Benar, dia Eunji. Eunji mencengkram bahu Naeun dengan kedua tangannya lalu menatapnya dari kepala sampai kaki dengan wajah tidak santai.

“ Ini kau? Bagaimana bisa kau memakai pakaian seperti ini ke kantor? Sama sekali bukan gayamu!” tanya Eunji heboh.

“ Mehehe…..” Naeun yang bingung harus bereaksi bagaimana cuma bisa meringis. Kepalanya mendongak menatap L seolah minta bantuan. Tapi yang ditatap malah memasang tampang bodoh.

L  memasukan tangannya kedalam saku celana dan tersenyum lebar pada Eunji. “ Selamat pagi Eunji sunbae” Pemuda itu berusaha mengalihkan pikiran Eunji dengan sapaannya. Berharap gadis itu lupa membahas masalah busana sang Dark-Angel.

“ Oh, pagi L-ssi” sahut Eunji. Sekarang pandangan Eunji malah ditujukan pada kedua muda-mudi didepannya secara bergantian. Sorot matanya tampak curiga. “ Kalian….”

“ Sunbaenim! Apa Woohyun hyung ada di ruangan? Aku punya sesuatu yang harus dikatakan” ucap L cepat sebelum Eunji bertanya yang aneh-aneh.

“ Eo. Oppa ada diruangannya” jawab si gadis Busan.

“ Baiklah kalau begitu, aku permisi” L membungkukan badan dan menepuk pelan lengan Naeun sebelum pergi secepat mungkin. Naeun menatap kepergian pemuda itu dengan jengkel. Sial, dia memang berniat kabur dari introgasi Eunji.

“ Dia beruntung karena aku membiarkannya lolos dari sesi introgasiku” gumam Eunji. Naeun melongo mendengarnya.

“ Eh?”

“ Kalian pasti ada apa-apanya” tembak Eunji. “ Sekarang ceritakan padaku!”

Eunji sudah memegang tangan Naeun dan menatapnya dengan tatapan ‘aku tak akan melepaskanmu sebelum ada penjelasan’. Tentu saja Naeun tak berdaya lagi. Meskipun ia bisa saja pergi dengan mudah.

“ Aku……” Naeun agak ragu-ragu dalam memulai ceritanya.

“ ….Kau?” Dan nona Jung sama sekali tidak sabaran. Naeun menggigit bagian dalam mulutnya sebelum melanjutkan bicara.

“ Aku menginap di rumah L” ungkap Naeun cepat. Gadis itu menghela nafas panjang karena berhasil mengatakannya. Eunji membelalak kaget.

“ APA?!” teriak Eunji. Cepat-cepat Naeun menutup mulut sahabatnya dan menyeretnya pergi dari situ sebelum kedua gadis ini menjadi tontonan orang banyak. Bekapan Naeun dimulut Jung Eunji langsung dilepas saat mereka berada di ruang dapur.

“ Bereaksi itu pelan-pelan!” ujar Naeun panik.

“ Bagaimana aku bisa pelan-pelan?!” Eunji kembali heboh. Naeun mengadahkan kepala dan membuang nafas, Eunji sungguh-sungguh membuatnya pusing. “ Kau menginap di rumahnya? Bagaimana bisa?! Hanya karena dia duplikat wajah Myungsoo bukan berarti kau bisa……”

“ Jung Eunji.”

Satu kata terlontar dari mulut Naeun dan sahabat sehidup-sematinya langsung bungkam. Nada yang digunakan nona Son adalah datar-dingin-mutlak-mengancam. Dan Eunji tak berani mengusik harimau bangun.

Agen dari Busan itu menelan salivanya dengan susah payah. “ Baiklah…..lanjutkan ceritamu, hehe”

Naeun memungut oksigen dalam-dalam sebelum memulai ceritanya lagi. Gadis itu mengatakan segalanya, tak ada yang ia tutup-tutupi. Toh selama ini memang tidak pernah ada rahasia diantara sepasang sahabat karib tersebut. Semuanya, dari pertemuan di penjual bakpau, taman bermain, dansa, bahkan adegan menyembur karena terkejut pun tak luput dari penjelasannya.

“ Naeun….” Eunji menatap manic mata Naeun dalam-dalam. “ Kau….yakin tidak jatuh hati?”

Son Naeun diam seribu bahasa. Tak bisa menjawab pertanyaan Eunji sedikitpun. Ia….tidak lagi yakin. Sesungguhnya keteguhan hatinya berangsur-angsur memudar. Astaga, ia pasti gila!. Baru beberapa hari mereka saling mengenal dan sudah sejauh ini pengaruh yang diberikan lelaki Amerika itu pada Naeun.

“ Kau menerima segala ajakannya tanpa perlu dia memaksa. Aku yang notabenenya adalah sahabatmu saja belum tentu mampu melakukan itu. Mengajak Son Naeun melakukan sesuatu itu hal tersulit yang aku tahu, selain menghadapi mafia pajak baru-baru ini” sambung Eunji.

“ Entahlah, mungkin aku sedang banyak pikiran karena pernyataan cinta Kai kemarin” jawab Naeun ragu. Eunji kembali membelalak.

“ Kai?!”

“ Eum…”

“ Permisi~” Sebuah suara menghentikan pembicaran 2 sahabat itu secara otomatis. Yang baru saja mereka bicarakan, Kai, masuk ke dapur sambil tersenyum. “ Kalian berdua tampaknya seru sekali”

Eunji dan Naeun meringis saja mendengarnya. Lelaki itu hanya tak tahu kalau dialah yang menjadi topik pembicaraan gadis-gadis rekan kerjanya. Kai mengambil gelas dan membuat kopi untuk dirinya sendiri. Ia menoleh pada Eunji dan Naeun.

“ Eunji noona, Naeunie….kalian mau kopi?” tawar Kai

“ Oh….tidak usah, Kai” tolak Eunji. Naeun hanya menggelengkan kepala sebagai jawabannya. Kai mengangguk mengerti lalu lanjut membuat kopi. Seusainya, ketiga agen CKU itu keluar dari dapur. Eunji jalan didepan (langkah nona Jung ini memang cepat sekali) meninggalkan Kai dan Naeun yang berjalan berdampingan dengan canggung.

“ Kau tampak lain” kata Kai, mengomentari penampilan Naeun hari ini. Yang dikomentari cuma tertawa garing.

“ Apakah aneh?” tanya Naeun. Kai menggeleng.

“ Cantik, seperti biasa” jawab lelaki itu dengan senyum kecil. Naeun menundukkan kepala. Setelah apa yang terjadi kemarin, Kai sama sekali tidak berubah sikap. Tetap baik layaknya yang lalu-lalu.

“ Jadi, kau sudah resmi berpartner bersama L?” tanya Kai. Naeun mengangguk. “ Ah~ sepertinya aku sendiri yang harus bertahan dengan Woohyun hyung” sambungnya seraya tertawa. Jelas sekali ada nada canggung dalam tawanya.

“ Setidaknya kau tak perlu bertindak banyak karena bekerjasama dengan senior” tanggap Naeun. Ia menepuk-nepuk punggung Kai. “ Bersabarlah, sebentar lagi penerimaan anggota baru”

Keduanya kembali bercengkrama sambil sesekali mengeluarkan tawa disepanjang perjalanan menuju ruang agen. Begitu masuk, Naeun sedikit terkejut karena L sudah duduk dimeja yang berada tepat dihadapan mejanya. Lelaki itu nampak sibuk berbicara dengan Woohyun dan Hoya. Cepat beradaptasi rupanya. Sungjong pun nampak bercerita dengan Bomi dan Eunji. Lebih terlihat seperti sesi tanya-jawab sebenarnya.

“ Selamat pagi semua” ucap Naeun. Yang lain langsung membalas sapaan sang Dark-Angel. Naeun duduk ditempatnya. Kai, yang bertempat disamping meja Naeun, memberikan sebotol minuman ringan pada gadis itu.

“ Tadi aku mampir ke minimarket dan melihat ini. Kau masih suka minum ini kan?” tanya Kai sambil menyodorkan botol minum pada Naeun. Nona Son menyambutnya dengan sukacita.

“ Terima kasih, Kai” ucap Naeun sambil tersenyum. Dari arah utara, L melirik keduanya dengan wajah datar. Ada rasa ketidak-sukaan ketika melihat Kai memperhatikan Naeun. Apa dia benar-benar jatuh cinta?.

“ Oy, Son Naeun” panggil L. Naeun menatap lelaki itu. “ Hati-hati dengan pakaiannya. Itu jaket kesayanganku, limited edition. Spesial dari designer ternama di Amerika. Celananya juga. Kalau kausnya tidak masalah”

Naeun melotot sebesar-besarnya. L mengatakannya cukup besar sampai semua orang diruangan itu bisa mendengar. Lelaki itu tersenyum puas. Sengaja ternyata.

Woohyun menatap L dan Naeun secara bergantian dengan muka tak percaya. “ Naeun……memakai baju L?”

 

***

“ Semalam tadi pestanya meriah!” ujar Taehyung heboh pada rekan kerjanya, Jungkook dan Jimin. Ketiganya adalah cleaning service sebuah klub malam di Seoul. Sesuai profesinya, pekerjaan mereka ialah membersihkan sampah-sampah yang ditinggalkan para pengunjung klub malam. Upahnya lumayan untuk menambah uang jajan mereka.

“ Kudengar banyak hal-hal menarik semalam” sambung Jimin tak kalah bersemangat. Jungkook yang masih polos memasang tampang bingung.

“ Menarik bagaimana hyung?” tanya Jungkook tak mengerti. Jimin mendekat kearah si maknae diantara mereka bertiga dan membisikan sesuatu.

“ Banyak yang ‘begitu’” jawab Jimin. Kemudan dia dan Taehyung saling tatap dan tertawa-tawa nista.

“ Begitu apa?” tanya Jungkook lagi. Kali ini kedua kakaknya memandangnya gemas.

“ Ish kau itu laki-laki atau bukan? Masa tidak tahu begitu?!” omel Jimin karena jawabannya tadi sia-sia.

“ Begitu yang kami maksud itu adalah…..” Taehyung mengambil jeda untuk nyengir-nyengir laknat. “ Ber….setubuh”

“ Hmmph” Jungkook menutup mulutnya kaget. “ Bukankah itu hanya bisa dilakukan orang yang sudah menikah?”

“ Ah, kau ini kolot sekali. Jaman sekarang, kalau sudah nafsu, tancap saja! Tidak usah pikir terlalu panjang” kata Jimin santai. Jungkook menatap lelaki berbadan pendek itu dengan penuh perhatian.

“ Memang hyung sudah pernah?”

“ HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA” Tawa Kim Taehyung membahana klub. “ Kau lupa kita semua laki-laki single”

“ Siapa tahu kan? Kata Jimin hyung, kalau sudah nafsu, tancap saja” sahut Jungkook sambil mengedikkan bahunya.

“ Eish, aku tidak sebejat itu, bodoh! Itu kan hanya teori saja” bantah Jimin dan memukul Jungkook. Ketiganya tertawa-tawa selama membersihkan ruangan.

“ Hyung, aku pergi membersihkan kamar-kamar ya” ujar Jungkook lalu berjalan menuju kamar sambil memboyong sapu dan serokan. Baru saja tiba didepan kamar, lelaki kelahiran tahun 1997 itu berteriak heboh.

“ HYUNG!! HYUNG!!” teriaknya sambil mengebas-ebaskan tangannya untuk menyuruh hyung-hyungnya datang. Cepat-cepat Taehyung dan Jimin meninggalkan pekerjaan mereka untuk mendatangi Jungkook.

“ Ada ap….AAAAA!!” Belum-belum Taehyung sudah ikut berteriak. Jimin memberanikan diri untuk masuk kedalam ruangan. Ia mendapati seorang wanita dalam keadaan tanpa busana tergeletak diatas sofa. Lelaki itu kemudian membuka jaketnya untuk menutupi sekujur tubuh wanita itu. Tangannya dengan cepat mencari pergelangan tangan wanita itu untuk mengecek denyut nadinya.

“ Dia sudah meninggal” ucap Jimin. Taehyung dan Jungkook langsung mendekati Jimin dengan wajah panik. Keduanya ikut melepaskan jaket mereka untuk menutupi si wanita.

“ Lalu bagaimana?” tanya Taehyung stress.

Jimin berpikir sejenak. “ Jungkook, pinjam ponselmu!”

“ I-ini…ini hyung” Sang maknae memberikan ponselnya pada Jimin. Kemudian kakaknya itu membuat panggilan. Menelpon kakak perempuannya.

“ Hallo? Chorong noona!” seru Jimin ketika orang diseberang menerima telponnya. Secara otomatis Taehyung dan Jungkook mendekat untuk mendengar percakapan Jimin dan kakak perempuannya itu.

“ Oh? Jiminie? Kau menggunakan nomor baru?” tanya Chorong dengan nada lembut.

“ Tidak, ini ponsel….ah itu tidak penting!. Noona, kau harus segera kesini! Aku menemukan…..”

“ Laptop incaranmu? Noona sedang sibuk jadi tidak bisa kesana untuk membelinya. Coba telpon hyungmu Chanyeol, mungkin dia belum berangkat kuliah” potong Chorong.

“ Bukan itu noona!” Jimin sekarang nampak panik. “ Aku menemukan….anu”

“ Aish kau lelet!” kesal Taehyung seraya menyambar telpon Jungkook dan menempelkannya di telinga. “ Hallo? Chorong noona? Ini Taehyung!”

“ Hai Taehyung-a, apa kabarmu?” tanya Chorong ramah.

“ Baik kok. Noona bagaimana?”

“ Noona juga baik”

“ Hyung! Cepat beritahu noona!” seru Jungkook mengingatkan tujuan utama mereka. “ Nanti pulsaku habis kalau hanya untuk beramah-tamah”

“ Oh iya iya. Eung noona, begini” Taehyung diam sebentar untuk berfikir apa yang harus ia laporkan pada kakak perempuan Jimin itu. “ Noona, kami menemukan mayat perempuan ketika kami bekerja. Sepertinya ada pembunuhan”

“ Apa?” nada yang digunakan Chorong kini terdengar lebih tajam.

“ Noona, ini aku!” kata Jimin yang berhasil merebut kembali ponsel dari Taehyung. “ Terjadi pembunuhan disini noona!”

“ Jelaskan lebih spesifik mengenai keadaan disana, Park Jimin” pinta Chorong serius. Jimin melihat sekeliling lalu membuat kesimpulan.

“ Keadaannya berantakan, semalam ada pesta besar soalnya. Lalu kami menemukan jasad seorang wanita dengan tanpa busana tergeletak begitu saja di sofa” jelas Jimin.

“ Lalu? Mengapa kau yakin kalau itu pembunuhan?” tanya Chorong lagi. Jungkook mencolek lengan Jimin, meminta lelaki itu untuk mengaktifkan mode loadspeaker agar semua bisa menjelaskan.

“ Hallo, Chorong noona? Ini Jungkook” ujar Jungkook.

“ Hallo Jungkook, bisa jelaskan pada noona apa yang terjadi disana?”

“ Ya noona, tadi aku sempat mengecek jasadnya, disekujur leher wanita itu terdapat garis biru. Sepertinya dia sempat dicekik dengan tali” jelas Jungkook.

“ Baiklah….lalu?” tanya Chorong setelah menganalisa cerita menggunakan otaknya.

“ Tadi aku melihat ada darah diseprai, jadi aku mengecek kemaluan wanita itu. Kalau aku boleh tahu, apakah semua kemaluan wanita memiliki lubang yang lebar?”

Pertanyaan Jungkook begitu polos sampai-sampai Jimin dan Taehyung menarik nafas kaget bercampur stress. Taehyung langsung melotot kearah adiknya itu.

“ Kau mengeceknya tadi?!” tanya Taehyung tidak santai. “ Aku saja tidak berani!”

“ Hehehe” Jungkook tertawa garing saja. “ Aku membantu kalau-kalau Chorong noona butuh data tentang korban perempuan itu. Ternyata benar kan, noona bertanya”

“ Baiklah, Jimin, Taehyung, Jungkook, dengarkan aku baik-baik” Chorong mencoba memberi instruksi pada ketiga lelaki itu. “ Sekarang kalian foto tempat itu dari segala sisi, jangan lupa potret juga korbannya….”

“ Noona, apa kita juga memotret luka-luka dan kemaluan korban?” tanya Jimin memotong kata-kata Chorong. Dari seberang sana, kakaknya menghela nafas panjang.

“ Tidak usah! Itu biar aku saja yang melakukannya” jawab Chorong.  “ Jangan sentuh apapun disana! Itu semua adalah barang bukti dan harus tetap steril. Dan tunggu aku serta yang lain meluncur kesana.Beritahu aku alamat lengkap keberadaan kalian”

“ Light Glow Club di Gangnam. Kalau alamat aslinya aku tidak tahu noona. Kau pasti mengetahui tempat itu kan? Terkenal sekali loh” ujar Jimin.

“ Oke, tunggu disana anak-anak! Aku dan yang lain akan segera meluncur” kata Chorong lalu memutuskan panggilan. Ketiga bocah itu langsung melaksanakan suruhan kakak perempuan Jimin tadi.

 

***

Ciiiiit.

Begitu tiba di tempat kejadian perkara, Naeun langsung turun dari motor L. Tak lupa juga ia melepas helmnya dan memberikannya pada lelaki itu sebelum menghambur masuk kedalam Light Glow Club. Polisi sudah mengelilingi tempat kejadian dan memasang garis polisi disana. Disudut ruangan, ia melihat 3 orang lelaki tengah diintrogasi polisi.

“ Jimin?” panggil Naeun. Salah satu dari 3 lelaki itu melambaikan tangan.

“ Noona, cepat kemari!” seru Jimin. Kedua temannya hanya melongo melihat gadis itu berjalan mendekat.

“ Kalian tidak apa-apa? Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Naeun. Kini Jimin, Taehyung, dan Jungkook saling pandang karena bingung siapa yang harus menjawabnya.

“ Jadi tadi kami sedang bersih-bersih, lalu kami melihat mayat wanita dikursi. Langsung Jimin menelpon Chorong noona” jawab Taehyung. Lelaki berambut coklat terang itu menundukan kepala setelahnya. Rasanya malu menatap mata Naeun secara langsung, gadis itu terlalu cantik.

“ Apa saja yang kalian temukan?” tanya Naeun lagi.

“ Tadi aku melihat…..” Ketika Jungkook hendak menjelaskan, L yang entah sejak kapan sudah berada disebelah mayat wanita itu langsung memotong penjelasannya.

“ Aku melihat garis melintang berwarna biru di leher dan tangannya. Garis melintang terputus dengan lebar kira-kira 5 cm di punggungnya, dan liang kemaluannya terbuka lebar seperti ditembus benda tumpul besar karena tidak ada luka. Ada banyak noda kebiruan di sekujur tubuhnya” ujar L. Lelaki itu bangkit berdiri dan menatap Naeun yang berada didepan pintu ruangan. “ Sepertinya dia korban BDSM”

“……BDSM?” ulang Jungkook bingung.

“ Seks dengan memakai kekerasan agar lebih mencapai klimaks” jawab Jimin dengan berbisik.

“ Ada ya? kok aku tidak tahu” sambung Taehyung yang ikutan nimbrung.

“ Baiklah kalau begitu Jimin dan kalian berdua bisa pergi. Terima kasih sudah membantu” ucap Naeun dengan senyum manis. Taehyung langsung salah tingkah. Ketiga pemuda itu membungkuk dalam-dalam.

“ Terima kasih sudah datang, noona” ucap ketiganya serempak lalu berjalan pergi. Naeun terkekeh pelan ketika samar-samar mendengar percakapan antara Jimin dan bocah berambut coklat terang yang ia tak tahu namanya.

“ Teman noonamu? Berapa umurnya?” tanya pemuda berambut coklat terang yang tak lain tak bukan adalah Taehyung. Jimin mengangguk.

“ Masih muda, satu tahun lebih tua dari kita” jawab Jimin.

“ Nanti tanyakan berapa nomor telponnya ya” pinta Taehyung.

“ Tch, sampai mati kau tak akan mendapatkan Naeun noona”

Kemudian mereka menghilang dari pandangan Naeun.

“ Cie yang banyak penggemarnya” olok L. Naeun melonjak kaget saat mendapati lelaki itu sudah ada dihadapannya.

“ Kau mengagetkanku, bodoh!” omel Naeun. L tak mengindahkan kata-kata gadis itu dan memberikan sesuatu yang tak lain adalah kartu identitas si korban. “ Namanya….Summer Sviannya. Bukan orang Korea, dia dari Brazil”

“ Apa karena dia bukan orang Korea makanya dia diperlakukan seperti ini?” tebak L. Ia melirik kedalam ruangan. “ Tapi dari pakaiannya, ia seperti sengaja datang ke pesta ini”

“ Ini kan club malam, orang awam bebas berada disini” tanggap Naeun.

“ Jadi menurutmu gadis ini korban pemerkosaan?”

“ Bisa jadi”

“ Kalau begitu agak susah mencari pelakunya karena semua orang bebas keluar masuk club malam” L memutar otaknya sedemikian rupa agar bisa mencari kemungkinan lainnya. Begitu juga Naeun. “ Naeun-a, apa tempat ini bisa disewa untuk mengadakan private party?”

 

***

“ Namjoo, kau menemukan sesuatu?” tanya Sungjae begitu ia membuka pintu ruang otopsi. Namjoo menggeleng pelan.

“ Menurut suhu tubuhnya, wanita ini meninggal sekitar jam 3-4 pagi hari. Hanya saja setelah mengecek sidik jarinya kau pasti tidak percaya dengan apa yang kutemukan” ujar Namjoo. Gadis itu menggeser kursinya yang memiliki roda itu kedepan komputer. Tangannya dengan cepat menari diatas keyboard sedangkan rekannya, Yook Sungjae berdiri dibelakangnya.

“ Eh?” Sungjae agak terkejut dengan apa yang ia saksikan di layar monitor. “ Dia bukan orang Brazil?”

“ Dia orang Korea asli, namanya yang sebenarnya adalah Choi Sooyoung. Aku berusaha mencari namanya di internet tapi tidak kutemukan. Jadi aku mencoba meminta bantuan Sungyeol oppa untuk mencari datanya” tutur Namjoo. Ia menunjukan e-mail balasan dari operator CKU itu. Sungjae membacanya dengan seksama dan teliti.

“ Seorang mahasiswa jurusan sastra Jepang yang beruntung mendapat beasiswa ke negeri Sakura tersebut. Memiliki kakak seorang guru TK bernama Choi Soojin. Berstatus single dan namanya masih terdaftar di sebuah universitas di Jepang” baca Sungjae.

“ Coba kau cek, mungkin saja ada tanda-tanda dari pelaku pemerkosaan yang ditemukan di sekujur tubuh nona Choi itu” suruh Namjoo. Sungjae meringis pelan.

“ Tadi saat memeriksa, aku menemukan sehelai rambut di liang kemaluannya. Tapi saat aku mau membawanya ke laboratorium, rambut itu malah terbang entah kemana” ungkap Sungjae yang langsung disambut pukulan di kepala oleh teman wanitanya itu.

“ Kau ini ceroboh sekali! Harusnya diletakan disebuah wadah, bukan dibawa-bawa dengan tangan kosong begitu!” omel Namjoo. Sungjae menggaruk kepalanya dengan wajah merasa bersalah.

“ Aku terlalu terburu-buru, takut kalau Chorong noona bertanya dan kita tidak menemukan apapun…..”

“ Sudah ada pencerahan?” tanya Chorong yang baru saja masuk. Sungjae dan Namjoo saling pandang dengan wajah takut kemudian menggeleng.

“ Tapi unnie, wanita itu bukan orang Brazil, dia orang Korea!” lapor Namjoo. Alis Chorong bertaut bingung.

“ Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Chorong.

“ Aku mencocokan sidik jarinya dan menemukan data tentang dia dibagian data keramat kepolisian, dia bukan orang Brazil. Nama aslinya adalah Choi Sooyoung. Saat aku mencoba mencari informasi tentangnya di internet, hasilnya nihil. Terpaksa aku meminta bantuan Sungyeol oppa” jawab Namjoo.

Chorong mengambil tempat disebelah Namjoo untuk membaca isi e-mail dari Sungyeol dengan wajah serius. “ Dapat sesuatu mengenai pelakunya?”

“ Belum noona….” Jawab Sungjae. Chorong menghela nafas panjang namun sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari monitor.

“ Coba kau periksa mulutnya” perintah sang senior. Sungjae langsung melaksanakan perintah dengan sigap. Cepat-cepat ia mengambil alat kerik untuk memeriksa mulutnya. Prosesnya tidak bisa cepat karena harus dilakukan dengan teliti. Bisa saja barang bukti terselip bersama partikel-partikel dalam saliva korban yang mulai mengering.

“ Bagaimana? Bisa tidak?” tanya Namjoo setelah 30 menit dilalui Sungjae tanpa hasil apapun. Lelaki kelahiran tahun 1995 itu diam saja karena masih berkonsentrasi. Perlahan tapi pasti, ia memindahkan saliva korban pada kaca laboratorium.

“ Dapat!” seru Sungjae. Kedua anak itu segera berlari menuju laboratorium untuk menguji apa yang baru saja mereka dapatkan. Tes kembali memakan waktu yang lama. Untunglah Chorong datang dan membantu Sungjae-Namjoo agar pekerjaan mereka jadi lebih teliti dan akurat. Seusai tes, ketiga tim medis CKU tersebut kembali ke ruangan mereka untuk melihat hasilnya.

“ Ada 2 fakta mengejutkan disini” periksa Chorong. Sungjae dan Namjoo pun mendekat kearah senior mereka. “ Dari salivanya, sepertinya almarhumah mengkonsumsi sesuatu sebelum meninggal, hanya saja belum tahu apakah itu berpengaruh pada kematiannya atau tidak”

“ Apa kita perlu mengadakan tes lagi untuk mengetahui apa yang dikonsumsinya?” tanya Namjoo. Chorong mengangguk.

“ Tentu. Mungkin itu akan mempermudah penyelidikan” jawab gadis berponi itu. Matanya memincing begitu menemukan hal lain dari hasil tesnya. “ Dan….ada partikel yang menunjukan bahwa itu adalah air mani seorang pria”

“ PELAKUNYA!” jerit Sungjae dan Namjoo bersamaan.

“ Belum tentu” ujar Chorong datar. Ia mengambil ponselnya untuk menelpon sang kekasih, memberi laporan.

“ Hallo? Chorong? Apa yang kau dapatkan disana?” tanya Woohyun tanpa basa-basi.

“ Kurang spesifik sebenarnya, makanya aku butuh bantuanmu” jawab Chorong. Woohyun menghela nafas. Tidak puas sepertinya. “ Ada sesuatu yang dikonsumsi korban sebelum meregang nyawa dan cairan air mani yang masuk kemulutnya”

“ Menurutmu dia mati keracunan?” tanya Woohyun lagi.

“ Bisa saja kan?. Dan kau, apa yang sudah kau dapatkan?”

“ Aku dan Kai langsung bergerak melakukan penyelidikan setelah dihubungi L dan Naeun. Kai sedang melakukan tawar menawar dengan pemilik club itu, sepertinya ada yang menyewa tempatnya untuk mengadakan pesta pribadi”

“ Kai? Apa yang kalian tawarkan untuk mendapat informasinya?”

“ Tentu saja mengungkap aib-aib club itu kepada media. Bisa hancur bisnisnya kalau sudah begitu”

“ Tch, jahat sekali kau Nam Woohyun”

“ Persetan lah. Setelah aku dapat laporannya, aku akan segera menemuimu. Kita selidiki ini bersama”

“ Baiklah. Hati-hati ya”

Telpon terputus seketika. Siapa pelaku sebenarnya, tanya Chorong dalam hati.

 

***

How??? How???

Mohon Commentnya ^^

Author: lollimato

Hello, this is Lollimato! I'm a bigfan of APink and BTS enjoy my fanficts and dont forget to give a comment and like Thank you ^^

19 thoughts on “[FF MyungEun] The Killing Part 3B : Dark Past of L

  1. Halo author 😀 hehehe apa aku pertama? *clingak clinguk*
    Omaigat aku seneng banget akhirnya ini di update ~~~ ^^

    Agak kasian sama L disini. Jia juga, itu pembunuhannya sadis banget thor…
    tapi, ada myungeun moment nihh ihiww
    ah itu ujan ganggu amat sih –”
    oiyaa, pas naeun dikagetin sm sungjong hahaha kocakk, good job sungjong xD

    Btw itu si jimin-taehyun-jongkook-sungjae siapa? Mereka agen jugakah?
    Agak heran sama kepolosannya jongkook… Polos banget dia astaga….

    Terus aduh itu kasusnya bikin kepo deh ampunn >< seru kayanya, tapi sadis banget..

    Astaga maaf thor, aku menuhin kolom komen ini dgn komen yg absurd banget *ditabok author*, mohon maafkan #bow

    Ah, sama mau bilang, FIGHTING thor!! kalo bisa updatenya jangan lama2 /kedip unyu/ hahaha peace peace ^^v

    • iya kamu yg pertamaaaaa selamaaaaaat ❤
      hihihi mian kelamaan u.u

      harus sadis, namanya juga The Killing *ketawa evil*
      Sungjong diam2 bakat ngagetin hahahaha
      kalo Jimin-Taehyung-Jungkook itu figuran doang kok HAHAHAHA
      dan Sungjae emang agen tapi bagian dalam doang.
      Maklum Jungkook masih kecil, belom 17th, belom legal buat tau yg itu2(??)

      gapapa kok yang penting komen ❤
      okay, aku usahain updatenya cepat ^^
      terima kasih udah RCL 😀

  2. Haihaii author!~ i’m newbie reader here. kkkk~ /gaada yg nanya dorr/ Bingung mau komen apaan, aakkk seru banget elahh xD Fiuuh, dark past dr Naeun sm L udh trungkap. Aku miris+sedih bgt pas baca bgian kronologis mngglnya Jia. Yaampun sadis bgt. Untungnya Jia maafin L. huaaa finally si L bisa move on ke Naeun. yippi! Antara kasian sm tega sm nasib Kai, dia mati2an brtahun2 buat dapetin hatinya Naeun trnyata kalah sm L yg bru ktemu sm Naeun bbrp hari. Tp gpp deh aku maunya L-Naeun not KaiEun. hehe. Ampun dah lucu bgt pas bgian Naeun ketahuan minep di tmpt L sm Sungjong+Eunji,ketahuan pinjem baju,jaket punya L sm smua agen CKU. Aw, ada cameo tmbh rame aja critanya+bikin pnasaran krn ada kasus baru. Update soon juseyoo *3* Fighting author-nim!

    • halooo new readerrr *lambai2*
      Sadis kan? kasian mbak Jia hiks hiks
      Kai memang harus ditegain dia *lohh* demi kelangsungan kisah cinta Naeun-L HAHAHAHAHAH

      hihihhihi aku usahain update secepatnya
      terimakasih udah RCL 😀

  3. L sama Naeun udah mulai bekerja 🙂 aku penasran sama part selanjutnya 😀 L ngga nyangka playboy banget.

  4. Semalem lagi bosen dan hampir nyerah pas nyari FF Myungsoo Naeun, gara-gara hampir semua FF yang ada di google udah dibaca semua ._. Eh ketemu ini xD

    Ternyata masa lalunya L ga kalah kelam(?) sama masa lalunya Naeun. Dan sepertinya mereka berdua mulai saling suka xD Ayolah L Naeun jadian aja ‘-‘9
    Paling suka pas Naeun sama L di apartemennya(?) L – Sungjong xD Apalagi Naeun yang nyemburin(?) air xD

    Lanjut, authornim xD Ditunggu part selanjutnya ‘-‘

    • atuh makanya sering main2 kesini biar dapet FF Myungsoo-Naeun yg baru2 xD
      IYA L AMA NAEUN JADIAN AJA UDAH BURU!! *author macam apa-__-*

      sipp makasih udah RCL ^^

  5. AAaaaaa…. Omo omo omoo… Akhirrnya stelah skian lma akuu ngubekngube nyari klnjutan ff inii,, udh publiss,, uuaaahhh,, daebakkkk crtanya panjangg doohh,, ga sbarr klnjutannya gmna?? Ayoo ahh thorr lnjutkan jgn klmaan ne xD fighting (ง’̀⌣’́)ง (>̯ ﹏ <)づ♥

  6. readers baru ‘-‘)/
    woaaah keren kayaknya naeun eon mulai falling in love /?
    yang awalnya seru, akhirnya bikin penasaran kkk
    next thor

  7. baru nemu ini ff..
    kerenn *~*
    aku suka aku suka/?
    part 4 nya mna :/

  8. akhirnya akhirnya ff ini ada kelanjutannya .maaf bacanya telatt huhuuu :”D kirain bakal ngegantung kaya ff yang lain /? kk~
    astagah jimin taehyun jungkook…… wkwkwk ngakak pas adegan mereka bertiga nelfon chorong wkwkwk.dan setiap bagian myungeun pasti senyum senyum sendiri ckck .kai ditolak naeun denganku saja /? tak ada akar rotan pun jadi kai (?) wks.ff yang sangat seru ♡ chap 4 sangat ditungguuu.fighting thor ‘-‘9 /dapet salam kechup dari myungsoo(?)

  9. Keren thor (ง๑⊙͡•ﻬ•⊙͡๑)ว kece bat kece bat (ง๑⊙͡•ﻬ•⊙͡๑)ว myungeun so sweet cie /? Tapi masa taehyun jongkook sama si jimin jadi cleaning service trus trus trus yap

  10. lam knl reader bru nih,gak sengaja nemu ff ini wkt nyari2 f MyungaEun di mba google;-)
    ffx seru N sadis banget tpi lucu N romantis jg..
    ditunggu next partx yg Gpl N banyakin myungeun momentx donk Hoji couple jg..

  11. Wahh.. Daebak.. Keren banget thor ff.y..

    K0k si L jahat bangat sih pas masih d amrika… Kasian kan pacar.y sampe mninggal…

    Lanjut ya thor.. Palli

  12. Akhirnya baca kelanjutan ff ini. Authornya emang daebakkkkk. Ayo lanjut thorrrrr

Leave a reply to lollimato Cancel reply